Cari Blog Ini

Laman

Powered By Blogger

Sabtu, 22 Oktober 2011

APA ITU EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

APA ITU EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Yakni menciptakan komunikasi yang efektif melalui pemaknaan yang sama atas pesan yang dipertukarkan. Secara umum, sebenarnya tujuan komunikasi antar budaya antara lain untuk menyatakan identitas sosial dan menjebatani perbedaan antar budaya melalui perolehan infomasi baru, pengalaman atas kekeliruan dalam komunikasi antar budaya sering membuat manusia makin berusaha mengubah kebiasaan berkomunikasi, paling tidak melalui pemahaman terhadap latar belakang budaya orang lain. Menurut Wiliam Howell (1982), setiap individu mempunyai tingkatan kesadaran dan kemampuan yang berbeda-beda dalam berkomunikasi antar budaya. Tingkat kesadaran dan kemampuan itu terdiri atas empat kemungkinan, yaitu :
1. Seseorang sadar bahwa dia tidakmampu memahami budaya orang lain.
2. Dia sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain.
3. Dia tidak sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain.
4. Dia tidak sadar bahwa dia tidak mampu menghadapi perbedaan antarbudaya, keadaan ini terjadi manakala seseorang sama sekali tidak menyadari bahwa sebenarnya dia tidak mampu menghadapi perilaku budaya orang lain.
Para ahli komunikasi antarbudaya mengemukakan berbagai konsep tentang effektivitas komunikasi antarbudaya, milsanya :
1. Komunikasi antarbudaya akan efektif kalau setiap orang yang terlibat dalam proses komunikasi mampu meletakkan dan memfugnsikan komunikasi di dalam suatu konteks kebudayaan tertentu.
2. Efektivitas komunikasi antarbudaya sangat ditentukan oleh sejauhman manusia meminimalkan kesalahpahaman atas pesan-pesan yang dipertukarkan oleh komunikator dan komunikan antarbudaya.
3. Salah satu studi yang pernah dilakukan Hammer (1987) menetapkan tiga tema sentral efektivitas komunikasi, Berdasarkan konsep tersebut diatas maka uraian ini membahas suatu pendekatan umum yang menerangkan sejauh mana pengaruh factor-faktor pribadi atau gaya komunikasi individu mampu memberikan konstribusi atau bahkan memprediksi efektivitas komunikasi antarbudaya. AKSIOMA EFEKTIVITAS KOMUNKASI ANTARBUDAYA Dikatakan sebagai aksioma Karena konsep yang hendak dipahami itu selalu ada dalam perikehidupan manusia. EFEKTIVITAS HUBUNGAN DAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Yang lebih penting adalah motivasi antarpirbadi yang ada di balik hubungan sosial itu sehingga mampu memberikan atribusi bagi pengembangan hubungan social dan kepuasaan hubungan antarpribadi. Efektivitas komunikasi antarbudaya didahului oleh hubungan antarbudaya. Hubungan antarbudaya bukan terjadi sekilas tetapi terus menerus sehingga kualitas berubah dan mengalami kemajuan kearah kualitas hubungan yang baik dan semakin baik. EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DAN IKLIM KOMUNIKASI YANG POSITIF Iklim komunikasi yang positif akan mendukung fungsi komunikasi sedangkan iklim komunikasi yang negative akan menghambat fungsi komunikasi. Iklum komunikasi yang positif maupun negarif itu ditentukan oleh tiga factor yang positif maupun negative itu ditentukan oleh tiga factor berikut ini :
1. Faktor derajat kognitif
2. Perasaan positif, dan
3. Tindakan yang menunjukan kemampuan.
FAKTOR DERAJAT KOGNITIF
Komunikasi antarbudaya mengharuskan setiap pelakunya berusaha mendapatkan, mempertahankan dan mengembangkan aspek-aspek kognitif bersama. Indentitas pribadi Indentitas pribadi itu berasal dari pengalaman pribadi saya yang unik, sedangkan identitas social merupakan cirri khas kelompok budaya yang saya peroleh dari pengalaman bergaul dengan kelompok budaya saya. Tindakan yang Menunjukkan Kemampuan Dimensi terakhir dari iklim komunikasi yang positif adalah tindakan untuk menunjukkan kemampuan yang kita sebut tingkat perilaku. Identitas Variabel Komunikasi Antarbudaya Tiga komponen penting bagi pecinta kompetensi komunikator, yakni motivasi berkomunikasi antarbudaya, pengetahuan, yakni motivasi berkomunikasi antarbudaya, pengetahuan dan keterampilan berkomunikasi antarbuday. Pesan kita bicara tentang pesan dalam komunikasi antar budaya yaitu pesan yang berisi maksud, pikiran, dan gagasan seorang komunikator. Pesan-pesan itu biasa berbentk verbal dan non verbal yang dapat dipahami bersama. Media kita berbicara mengenai media antarbudaya, yang oleh komunikator dapat dilakukan melalui pemilihan media yang menghubungkan perbedaan dua atau lebih budaya. Media itu bisa merupakan pilihan bentuk komunikasi, cara dan kebiasaan berkomunikasi antarpribadi, antarkelompok, komunikasi public dan komunikasi massa. Komunikan kita berbicara mengani komunikan, yakni sasaran komunikasi yang berbeda kebudayaan dengan komunikator. Efek Kita berbicara tentang efek atau umpan balik komunikasi antarbudaya berarti berbicara tentang bentuk-bentuk dari dampak. Keterampilan Komunikasi dan Manusia Terisolasi Ada empat factor yang membentuk keterampilan berkomunikasi antarbudaya, yakni :
1. bagaimana mengubah diri menjadi lebih sadar tentang hakikat interaksi antarbudaya.
2. Bersikap toleran terhadap interaksi dan pesan-pesan yang seringkali bersikap mendua.
3. Bersikap Empati, dan
4. Kemampuan untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dalam interaksi antarbudaya.
Variabel Gaya Pribadi Komunikasi antarbudaya yang difungsional itu disebabkan Karena orang terlalu menampilkan self oriented yang berlebihan sehingga orang itu menjadi congkak, dan menunjukkan gagasan gaya pribadi berikut ini sering kali tampil dalam komunikasi antar pribadi. Etniosentrisme Etniosentrisme adalah suatu perasaan superior atau keunggulan dari suatu kelompk orang yang menganggap kelompok lain lebih interior dan kurang unggul. Toleransi, Sikap Mendua dan Keluwesan Komunikasi antarbudaya mengandung sifat mendua, yakni kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Empati Empati dimaksudkan agar anda mulai mengerti dan memahami orang lain “dari dalam”, dari kerangka piker (gagasa yang dia komunikasika), perasaan dan perbuatan (Rogers, 1983), Tindakan empati di awal komunikasi antarbudaya dapat dilakukan melalui kegiatan mendengar secara aktif dan akurat, demikian yang dikemukakan oleh Hammer (1989) Liliweri (1994). Keterbukaan Dengan keterbukaan bukan berarti bahwa setiap orang harus membuka diri seluas-luasnya, namun membuka kesempatan untuk sama-sama mengetahui informasi tentang diri maupun tentang lawan bicara. Kompleksitas Kognitif Kompleksitas Kognitif mengacu pada kemampuan pribadi untuk mengetahui, dan mengalami orang lain.

Norma norma Kebudayaan

PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan, kesenian, bukum, adat istihadat dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat. Misalnya: dari alat-alat yang paling sederhana seperti asesoris perhiasan tangan, leher dan telinga, alat rumah tangga, pakaian, system computer, non materil adalah unsur-unsur yang dimaksudkan dalam konsep norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan / keyakinan serta bahasa.
Para kebudayaan sering mengartikan norma sebagai tingkah laku rata-rata, tingkah laku khusus atau yang selalu dilakukan berulang – ulang. Kehidupan manusia sellau ditandai oleh norma sebagai aturan sosial untuk mematok perilaku manusia yang berkaitan dengan kebaikan bertingkah lak, tingkah laku rata-rata atau tingkah laku yang diabstaksikan. Oleh karena itu dalam setiap kebudayaan dikenal norma-norma yang ideal dan norma-norma yang kurang ideal atau norma rata-rata. Norma ideal sangat penting untuk menjelaskan dan memahami tingkah laku tertentu manusia, dan ide tentang norma-norma tersebut sangat mempengaruhi sebagian besar perilaku sosial termasuk perlaku komunikasi manusia.
Nilai adalah konsep-konsep abstrak yang dimiliki oleh setiap individu tentang apa yang dianggap baik atau buruk, benar atau salah, patut atau tidak patut.
Unsur penting kebudayaan berikutnya adalah kepercayaan / keyakinan yang merupakan konsep manusia tentang segala sesuatu di sekelilingnya. Jadi kepercayaan / keyakinan itu menyangkut gagasan manusa tentang individu, orang lain, serta semua aspek yang berkaitan dengan biologi, fisik, sosial, dan dunia supernatural. Unsure penting kebudayaan adalah bahasa, yakni system kodifikasi kode dan symbol baik verbal maupun non verbal, demi keperluan komunikasi manusia.
Definisi kebudayaan di atas seolah bergerak dari suatu kontinum nilai kepercayaan kepada perasaan dan perilaku tertentu. Perilaku tertentu. Perilaku tersebut merupakan model perilaku yang diakui dan diterima oleh pendukung kebudayaan sehingga perilaku itu mewakili norma-norma budaya.

Kebudayaan dalam Pandangan Sosiologi
Bagaimana para sosiolog mendefinisikan kebudayaan Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari interaksi sosial antar manusia dalam masyaralat mendefinisikan kebudayaan sebagai berikut :
1. Keseluruhan (total) atau pengorganisasian way of life termasuk nilai-nilai, norma-norma, institusi, dan artifak yang dialihkan dari satu generasi kepada generasi berikutnya melalui proses belajar (Dictionary of Modern Sociology).
2. Francis Merill mengatakan bahwa kebudayaan adalah :
• Pola-pola perilaku yang dihasilkan oleh interaksi sosial
• Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh seseorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
3. Bounded et.al (1989), kebudayaan. adalah sesuatu yang terbentuk oleh Pengembangan dah transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya symbol bahasa sebagai rangkaian simbol. yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang diharapkan dapat ditemukan di dalam media, pernerintahan, institusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
4. Mitchell (ed) dalam Dictionary of Soriblogy mengemukakan, kebudayaan adalah sebagian dari perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia (dan produk yang dihasilkan manusia) yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar dialihkan secara genetikal.

Kebudayaan Dalam Pandangan Antropologi

Bagaimana seorang antropolog mendefinisikan kebudayaan?
1. Berdasarkan. Eri cyclopedia of Sociology, kebudayaan menurut Para antropolog diperkenalkan Pada abad 19. Gagasan ini Pertama. kali muncul di zaman renaisans untuk menggarnbarkan adat istiadat, kepercayaan, bentuk-bentuk sosial, dan bahasa-bahasa Eropa. di masa. silam yang berbeda dengan masa kini. Periode kedua dari kebudayaan terjadi tatkala konsep ini mulai mendapat pengakuan bahwa kini manusia itu berbeda-beda berdasarkan wilayah diatas muka bumi, variasi itu diperkuat oleh bahasa yang mereka gunakan, ritual yang mereka praktekan serta berdasarkan jenis-jenis masyarakat di mana mereka tinggal.
2. Malinowski mengatakart bahwa kebudayaan merupakan kesatuan dari dua aspek fundamental, kesatuan pengorganisasian yaitu tubuh artifak dan sistem adat istiadat.
3. Kebudayaan adalah perilaku yang dipelajari, seorang tidak dapat dilahirkan dengan tanpa kebudayaan, kebudayaan itu bersifat universal, setiap manusia memiliki kebudayaan yang dia peroleh melalui usaha sekurang-kurangnya melalui belajar secara biologis.

Kebudayaan merupakan “jumlah” dari seluruh sikap, adapt istiadat, dan kepercayaan yang membedakan sekelompok orang dengan kelompok lain, kebudayaan ditransmisikan melalui bahasa, objek material, ritual, institusi (milsanya sekolah), dan kesenian, dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. (Dictionary of Cultural Literacy).

Beberapa Konsep Yang Berkaitan Dengan Kebudayaan

Untuk memahami kebudayaan secara keselurahan maka ada baiknya saya mengemukakan beberapa konsep yang berkaitan dengan kebudayaan, beberapa diantaranya selalu digunakan secara bergantian dalam membahas komunikasi antar budaya.
• Budaya Dominan
• Common culture
• Sub kultur
• Cultural lag
• Culture shock
• Kebudayaan tradisional
• Multikultural


Segitiga bermuda

Bagi Anda yang gemar kisah misteri, pasti mengenal Segitiga Bermuda. Wilayah laut di selatan Amerika Serikat dengan titik sudut Miami (di Florida), Puerto Rico (Jamaica), dan Bermuda ini, telah berabad-abad menyimpan kisah yang tak terpecahkan. Misteri demi misteri bahkan telah dicatat oleh pengelana samudera macam Christopher Columbus. Lebih dari itu, tak jauh dari kapal, pada suatu malam tiba-tiba para awaknya dikejutkan dengan munculnya bola-bola api yang terjun begitu saja ke dalam laut. Mereka juga menyaksikan lintasan cahaya dari arah ufuk yang kemudian menghilang begitu saja. Begitulah Segitiga Bermuda. Di wilayah ini, indera keenam memang seperti dihantui ’suasana’ yang tak biasa. Namun begitu rombongan Columbus masih terbilang beruntung, karena hanya disuguhi ‘pertunjukkan’. Lain dengan pelintas-pelintas yang lain. Di lain kisah, Segitiga Bermuda juga telah membungkam puluhan pesawat yang melintasinya. Peristiwa terbesar yang kemudian terkuak sekitar 1990 lalu adalah raibnya iring-iringan lima Grumman TBF Avenger AL AS yang tengah berpatroli melintas wilayah laut ini pada siang hari 5 Desember 1945. Setelah sekitar dua jam penerbangan komandan penerbangan melapor, bahwa dirinya dan anak buahnya seperti mengalami disorientasi. Beberapa menit kemudian kelima TBF Avenger ini pun raib tanpa sempat memberi sinyal SOS. Hilangnya C-119 Kisah ajaib lainnya adalah hilangnya pesawat transpor C-119 Flying Boxcar pada 7 Juni 1965. Pesawat tambun mesin ganda milik AU AS bermuatan kargo ini, hari itu pukul 7.47 lepas landas dari Lanud Homestead. Pesawat dengan 10 awak ini terbang menuju Lapangan Terbang Grand Turk, Bahama, dan diharapkan mendarat pukul 11.23 Pesawat ini sebenarnya hampir menuntaskan perjalanannya. Hal ini diketahui dari kontak radio yang masih terdengar hingga pukul 11. Sesungguhnya memang tak ada yang mencurigakan. Kerusakan teknis juga tak pernah dilaporkan. Tetapi Boxcar tak pernah sampai tujuan. “Dalam kontak radio terakhir tak ada indikasi apa-apa bahwa pesawat tengah mengalami masalah. Namun setelah itu kami kehilangan jejaknya,” begitu ungkap juru bicara Penyelamat Pantai Miami. “Besar kemungkinan pesawat mengalami masalah kendali arah (steering trouble) hingga nyasar ke lain arah,” tambahnya. “Benar-benar aneh. Sebuah pesawat terbang ke arah selatan Bahama dan hilang begitu saja tanpa jejak,” demikian komentar seorang veteran penerbang Perang Dunia II. Banyak teori kemudian dihubung-hubungkan dengan segala kejadian di sana. Ada yang menyebut teori pelengkungan waktu, medan gravitasi terbalik, abrasi atmosfer, dan ada juga teori anomali magnetik-gravitasi. Selain itu ada juga yang mengaitkannya dengan fenomena gampa laut, serangan gelombang tidal, hingga lubang hitam (black-hole) yang hanya terjadi di angkasa luar sana. Aneh-aneh memang analisanya, namun tetap saja tak ada satu pun yang bisa menjelaskannya. Hingga saat ini,telah banyak tenggapan-tanggapan atau teori-teori mengenai peristiwa-peristiwan aneh dan ghaib yang terjadi di kawasan tsb,diantaranya: * Sebuah Argumen dari suatu Perusahaan Asuransi Kapal Laut Perusahaan asuransi laut Lloyd’s of London menyatakan bahwa segitiga bermuda bukanlah lautan yang berbahaya dan sama seperti lautan biasa di seluruh dunia, asalkan tidak membawa angkutan melebihi ketentuan ketika melalui wilayah tersebut. Penjaga pantai mengkonfirmasi keputusan tersebut. Penjelasan tersebut dianggap masuk akal, ditambah dengan sejumlah pengamatan dan penyelidikan kasus. * Teori Lorong Waktu Menurut beberapa peneliti,mungkin dikawasan ini terdapat sebuah gangguan atmosfir di udara berupa lubang di langit.Ke lubang itulah pesawat terbang masuk tanpa sanggup untuk keluar lagi. Dari misteri “Lubang di Langit” ini membentuk sebuah teori tentang adanya semacam perhubungan antara dunia dengan dimensi lain. lubang di Langit itu dianggap semacam alat transportasi seperti tampak di film Star Trek. Ataukah bentuk Lubang di Langit itu UFO? Orang sering menghubungkan hilangnya pesawat kita dengan munculnya UFO. * Blue Hole Konon di dasar laut segitiga bermuda terdapat semacam lubang/gua dasar laut,dulu gua ini memang sungguh ada, tetapi setelahjaman es berlalu, gua ini tertutup.Arus didalamnya sangat kuat dan sering membuat pusaran yang berdaya hisap. banyak kapal-kapal kecil atau manusia yang terhisap ke dalam blue hole itu tanpa daya,dan anehnya kapal-kapal kecil yang terhisap itu akan muncul kembali ke permukaan laut selang beberapa lama. Tapi yang menimbulkan pertanyaan ialah: Mungkinkah Blue Hole ini sanggup menelan kapal raksasa ke dasar lautan? * Gas Metana Penjelasan lain dari beberapa peristiwa lenyapnya pesawat terbang dan kapal laut secara misterius adalah adanya gas methana di wilayah perairan tersebut. Teori ini dipublikasikan untuk pertama kali tahun 1981 oleh Badan Penyelidikan Geologi Amerika Serikat. Teori ini berhasil diuji coba di laboratorium dan hasilnya memuaskan beberapa orang tentang penjelasan yang masuk akal seputar misteri lenyapnya pesawat-pesawat dan kapal laut yang melintas di wilayah tersebut. * Misteri Lidah Lautan Kawasan Segitiga bermuda sering juga disebut sebagai Tongue of the Ocean atau Lidah Lautan.Lidah Lautan mempunyai jurang bawah laut (canyon).Ada beberapa peristiwa kecelakaan di sana. Tidak banyak yang belum diketahui tentang Segitiga Bermuda, sehingga orang menghubungkan misteri Segitiga Bermuda ini dengan misteri lainnya. Misalnya saja misteri Naga Laut yang pernah muncul di Tanjung Ann, Massachussets AS, pada bulan Agustus 1917. * Misteri Makhluk Sargasso Misteri lain yang masih belum terungkap adalah misteri Makhluk Laut Sargasso, yang bukan semata-mata khayalan. Di Lautan Sargasso,banyak kapal yang tak pernah sampai ke tujuannya dan terkubur di dasar laut. Di sana terhimpun kapal-kapal dari berbagai jaman, harta karun, mayat tulang belulang manusia. Luas Laut Misteri Sargasso ini 3650 km untuk panjang dan lebarnya 1825 km, dan di sekelilingnya mengalir arus yang kuat sekali, sehingga membentuk pusaran yang sangat luas yang berputar perlahan-lahan searah jarum jam. * Angin Puting Beliung Mungkin di area ini sering terjadi badai laut yang mungkin bisa membentuk suatu pusaran angin yang dapat menyebabkan hancurnya sebuah pesawat terbang karena terhempaskan. * Beberapa Penjelasan Lain Ada yang mengatakan Segitiga Bermuda disebabkan karena tempat tersebut merupakan pangkalan UFO sekelompok mahkluk luar angkasa/alien yang tidak mau diusik oleh manusia,sehingga kendaraan apapun yang melewati daerah teritorial tersebut akan terhisap dan diculik. Ada juga yang mengatakan bahwa penyebabnya dikarenakan oleh adanya sumber magnet terbesar di bumi yang tertanam di bawah Segitiga Bermuda,sehingga logam berton-tonpun dapat tertarik ke dalam. Dan bahkan ada yang mengatakan Segitiga Bermuda merupakan pusat bertemunya antara arus air dingin dengan arus air panas,sehingga akan mengakibatkan pusaran air yang besar/dasyat. Berikut adalah bebrapa Kejadian-kejadian yang terjadi di Segitiga Bermuda: * 1840 : HMS Rosalie * 1872 : The Mary Celeste, salah satu misteri terbesar lenyapnya beberapa kapal di segitiga bermuda * 1909 : The Spray * 1917 : SS Timandra * 1918 : USS Cyclops (AC-4) lenyap di laut berbadai, namun sebelum berangkat menara pengawas mengatakan bahwa lautan tenang sekali, tidak mungkin terjadi badai, sangat baik untuk pelayaran * 1926 : SS Suduffco hilang dalam cuaca buruk * 1938 : HMS Anglo Australian menghilang. Padahal laporan mengatakan cuaca hari itu sangat tenang * 1945 : Penerbangan 19 menghilang * 1952 : Pesawat British York transport lenyap dengan 33 penumpang * 1962 : US Air Force KB-50, sebuah kapal tanker, lenyap * 1970 : Kapal barang Perancis, Milton Latrides lenyap; berlayar dari New Orleans menuju Cape Town. * 1972 : Kapal Jerman, Anita (20.000 ton), menghilang dengan 32 kru * 1976 : SS Sylvia L. Ossa lenyap dalam laut 140 mil sebelah barat Bermuda. * 1978 : Douglas DC-3 Argosy Airlines Flight 902, menghilang setelah lepas landas dan kontak radio terputus * 1980 : SS Poet; berlayar menuju Mesir, lenyap dalam badai * 1995 : Kapal Jamanic K (dibuat tahun 1943) dilaporkan menghilang setelah melalui Cap Haitien * 1997 : Para pelayar menghilang dari kapal pesiar Jerman * 1999 : Freighter Genesis hilang setelah berlayar dari Port of Spain menuju St Vincent

Kamis, 08 September 2011

Asal Usul Mahapatih Gajah Mada

Gajah Mada (1299-1364) Mahapatih majapahit yang sangat terkenal dengan sumpah palapanya merupakan satu-satunya orang kuat pada jamannya di nusantara. Salah satu keruntuhan kerajaan Majapahitdikatakan karena tidak memiliki orang kuat yang lain yang cakap untuk menggantikan gajah Mada. Panglima Perang yang ditunjuk menjadi Mahapatih kerajaan Majapahit menggantikan Arya Tadah pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350) Sebagai mahapatih dia berhasil menumpas pemberontakan di Sadeng dan Keta (1331) dan kemudian berikrar untuk mempersatukan Nusantara dengan sumpahnya yang dikenal sebagai Sumpah Palapa. Serat Pararaton memuat Sumpah Palapa yang diucapkan dihadapan Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi seba
gai berikut: “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring seram, tanjungpura, ring haru, pahang, dompo, ring bali, sunda, palembang, tumasik, samana isun amukti palapa” artinya : “Apabila sudah kalah Nusantara, saya akan beristirahat, apabila Gurun telah dikalahkan, begitupula Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, pada waktu itu saya akan menikmati istirahat” Sepeninggalan Gajah Mada Namanya terus di kenang bukan saja di tanah air akan tetapi sampai di kawasan asia tenggara (yang dulu di sebut Nusantara) bahkan nama Gajah Mada di pakai sebagai nama salah satu Universitas Terkemuka di Indonesia dan juga di pakai sebagai Nama Hotel Berbintang 5. Sayang sekali asal-usul Mahapatih Gajah Mada yang sangat masyur ini belum jelas diketahui Orang,baik meyangkut Nama orang Tuanya maupun tempat serta tahun kelahirannya. Muhammad yamin didalam bukunya yang berjudul Gajah Mada, Balai Pustaka,cet ke-6,1960,hal 13 Mengungkapkan tokoh ini sebagai : “Diantara sungai brantas yang mengalir dengan derasnya menuju kearah selatan dataran Malang dan dikaki pegunungan Kawi-Arjuna yang indah permai,maka disanalah nampaknya seorang-orang indonesia berdarah rakyat dilahirkanpada permulaan abad ke-14. Ahli sejarah tidak dapat menyusur hari lahirnya dengan pasti: ibu bapak dan keluarganya tidak dapat perhatian kenang-kenangan riwayat: Begitu juga nama desa tempat dia dilahirkan dilupakan saja oleh penulis keropak jaman dahulu asal usul gajah mada semua dilupakandengan lalim oleh sejarah” Jadi jelaslah menurut Muhammad Yamin, asal-usul Gajah Mada masih sangat gelap, walaupun ada dugaan bahwa gajah mada dilahirkan di aliran sungai Brantas yang mengalir keselatan diantara kaki gunung Kawi-Arjuna,diperkirakan sekitar tahun 1300 M. Keinginan untuk mengetahui asal-usul Patih Gajah Mada sebagai Negarawan besar pada Jaman Kerajaan Majapahit, telah lama menarik perhatian ahli sejarah,salah satunya bpk I Gusti Ngurah Ray Mirshaketika mengadakan Klasifikasi Dokumen Lama yang berbentuk Lontar-lontar pada “perpustakaan Lontar Fakultas Sastra, Universitas Udayana” (sekitar tahun 1974. Salah satu lontar yang menarik perhatian diantaranya adalah lontar yang berjudul “Babad Gajah Maddha”. Lontar tersebut memakai kode: Krop.7, Nomer 156, Terdiri dari 17 Lembar lontar berukuran 50×3,5 cm, ditulisi timbal balik, setiap halaman terdiri atas 4 baris, memakai huruf dan bahasa Bali-Tengahan. Lontar tersebut adalah merupakan Salinan sedangkan yang asli belum dapat dijumpai. Secara garis besar lontar babad Gajah Maddha tersebut berisikam Asal Usul Gajah Mada Gri Kresna Kapakisan dalam hubungannya dengan raja-raja Majapahit Emphu keturunan pada waktu memerintah dibali Yang menjadi perhatian dari sekian lontar tersebut dan dapat dijadikan penelitian lebih lanjut adalah bagian yanfg menjelaskan tentang Asal-Usul/Kelahiran sang Maha Patih Gajah Mada. Ringkasan Isi Teks Lontar Babad Gajah Maddha Tersebutlah Brahmana Suami-Istri di wilatikta, yang bernama Curadharmawysa dan Nariratih, keduanya disucikan (Diabhiseka menjadi pendeta) oleh Mpu Ragarunting di Lemah Surat. Setelah disucikan lalu kedua suami istri tersebut diberi nama Mpu Curadharmayogi dan istrinya bernama Patni Nuriratih. Kedua pendet tersebut melakukan Bharata (disiplin) Kependetaan yaitu :Sewala-brahmacari” artinya setelah menjadi pendeta suami istri tersebut tidak boleh berhubungan sex layaknya suami istri lagi. Selanjutnya Mpu Curadharmayogi mengambil tempat tinggal (asrama) di Gili Madri terletak di sebelah selatan Lemah Surat, Sedangkan Patni Nariratih bertempat tinggal di rumah asalnya di wilatikta, tetapi senantiasa pulang ke asrama suaminya di gili madri untuk membawa santapan,dan makanan berhubungan jarak kedua tempat tinggal mereka tidak begitu jauh. Pada suatu hari Patni Nariratih mengantarkan santapan untuk suaminya ke asrama di gili madri, tetapi sayang pada saat hendak menyantap makanan tersebut air minum yang disediakan tersenggol dan tumpah (semua air yang telah dibawa tumpah),sehingga Mpu Curadharmayogi mencari air minum lebih dahulu yang letaknya agak jauh dari tempat itu arah ke barat. Dalam keadaan Patni Nariratih seorang diri diceritakan timbulah keinginan dari Sang Hyang Brahma untuk bersenggama dengan Patni Nariratih . Sebagai tipu muslihat segerah Sang Hyang Brahma berganti rupa (berubah wujud,(“masiluman”)) berwujud seperti Mpu Curadharmayogi sehingga patni Nariratih mengira itu adalah suaminya. Segera Mpu Curadharmayogi palsu (Mayarupa) merayu Patni Nariratih untuk melakukan senggama, Tetapi keinginan tersebut ditolak oleh Patni Nariratih,oleh karena sebagai pendeta sewala-brahmacari sudah jelas tidak boleh lagi mengadakan hubungan sex,oleh karena itu Mpu Curadharmayogi palsu tersebut memperkosa Patni Nariratih. Setelah kejadian tersebut maka hilanglah Mpu Curadharmayogi palsu,dan datanglah Mpu Curadharmayogi yang asli (Jati). Patni Nariratih menceritakan peristiwa yang baru saja menimpa dirinya kepada suaminya dan akhirnya mereka berdua menyadari,bahwa akan terdjadi suatu peristiwa yang akan menimpa meraka kelak.kemudian ternyata dari kejadian yang menimpa Patni Nariratih akhirnya mengandung. Menyadari hal yang demikian tersebut mereka berdua lalu mengambil keputusan untuk meninggalkan asrama itu,mengembara ke hutan-hutan ,jauh dari asramanya tidak menentu tujuannya,hingga kandungan patni Nariratih bertambah besar. Pada waktu mau melahirkan mereka sudah berada didekat gunung Semeru dan dari sana mereka menuju kearah Barat Daya, lalu sampailah disebuah desa yang bernama desa Maddha. Pada waktu itu hari sudah menjelang malam dan Patni Nariratih sudah hendak melahirkan,lalu suaminya mengajak ke sebuah “Balai Agung” yang etrletak pada kahyangan didesa Maddha tersebut. Bayi yang telah dilahirkan di bale agung itu, segera ditinggalkan oleh mereka berdua menuju ke sebuah gunung. Bayi tersebut dipungut oleh seorang penguasa didesa Maddha,lalu oleh seorang patih terkemuka di wilatikta di bawa ke wilatikta dan diberi nama “Maddha” Interpretasi (tafsiran) dari Isi 1. Pada halaman 2a Lontar Babad Gajah Maddha (sealanjutnya di singkat dengan B.G.M) dikatakan bahwa oran tua Gajah Mada berasal dari Wilatikta yang disebut juga Majalangu (B.G.M hal.1b) Disebelah selatan “Lemah Surat” terletak “Giri Madri” yang dikatakan berada dekat dengan Wilatikta (B.M.G Hal.6a)pada B.M.G hal.6b dikatakan hampir setiap hari Patni Nariratih pulang pergi dari wilatikta,megantar makanan suaminya di asramanya di gili Madri yang terletak disebelah selatan wilatikta. Hal ini berarti Gili Madri terletak disebelah selatan Lemah Surat dan juga disebelahselatan Wilatikta. Jarak antara Gili Madri dengan Wilatikta dikatakan dekat.Tetapijarak antara Lemah Surat dengan Wilatikta begitu pula arah dimana letak Lemah Surat dari Wilatikta tidak disebutkan dalam B.G.M 2. Pada B.G.M hal. 12a yang menyebutkan tentang kelahiran Gajah Mada, ada kalimat yang berbunyi “On Cri Caka warsa jiwa mrtta yogi swaha” kalimat ini adalah Candrasangkala yang bermaksud kemungkinan sebagi berikut: On Cri Cakawarsa = Selamatlah Tahun Saka Jiwa = 1 (satu) mrtta = 2 (Dua) Yogi = 2 (Dua) Swaha = 1 (satu) jadi artinya : Selamat Tahun Saka 1221 atau tahun (1299 Masehi) seandainya itu benar maka gajah mada dilahirkan pada tahun 1299 Masehi. 3. Mengenai nama Maddha B.G.M hal.10b – 11a disebutkan sebagai berikut: Karena malu terhadap gurunya yakni : Mpu Ragarunting, begitu juga terhdap orang banyak, maka setelah kandungan Patni Nariratih membesar, lalu disjak ia oleh suaminya meninggalkan asrama pergi mengembara kedalam hutan dan gunung yang sunyi. Akhirnya pada malam hari,waktu bayi hendak lahir,mereka berdua menuju kesebuah desa yang bernama Maddha terletak di dekat kaki gunung semeru. didesa itulah sang Bayi dilahirkan disebuah “Bale-Agung” yang ada di Kahyangan (Temple) desa tersebut. Bayi tersebut dipungut oleh seorang penguasa desa Maddha,kemudian dibawa ke Wilatikta oleh seorang patihdan kemudian diberi nama Maddha jadi jika demikian halnya nama Maddha berasal dari nama desa. Nama Gajah oleh B.G.M sama sekali tidak disebutkan.kemungkinan besar nama gajah adalah nama kemungkinan nama tambahan atau nama julukan atau bisa juga nama Jabatan (Abhiseka) bagi sebutan orang Kuat (?) dengan demikian Gajah Mada berarti Orang kuat yang berasal dari Maddha. 4. Mengenai nama orang Tua Gajah Mada, ayahnya bernama Curadharmawyasa dan ibunya bernama Nariratih (B.G.M. hal 2a) Setelah mereka disucikan (Abhiseka menjadi pendeta) oleh Mpu Ragarunting di Lemah Surat,nama mereka berubah menjadi Curadharmayogi dan Patni Nariratih (B.G.M hal 3b) meraka berdua adalah brahmana (B.G.M hal. 2a) Adapun didalam B.G.M hal. 9b, yang menyebutkan bahwa Patni Nariratih bersenggama dengan Dewa Brahma yang berganti rupa seperti suaminya sehingga Gajah Mada seolah-olah dilahirkan atas hasil senggama antara Patni Nariratih dengan Dewa Brahma, dapat kita tafsirkan sebagai berikut: Pengungkapan Mitos demikian itu sudah tentu sukar diterima oleh akal mengingat motif yang demikian itu sudah banyak terdapat p[ada penulisan-penulisan babad, maka perlulah dicari Latar belakang dari hal-hal yang dimythoskan itu Perkiraan yang dapat kami tangkap adalah: Mpu Curadharmayogi dan istrinya Patni Nariratih adalah melakukan brata “Sewala Brahmacari” yang berarti sejak mereka menjadi pendeta mereka tidak diperbolehkan untuk berhubungan sex atau senggama oleh karena itu mereka berpisah tempat Sang suami ber asrama di Gili Madri sedangkan Sabng istri bertempat tinggal di Wilatikta tetapi kedua suami istri ini masih saling bertemu karena sang istri acapkali membawakan makanan untuk sang suami. Pada suatu ketika yaitu pada hari Coma, Umanis, Tolu, Cacil ka daca (senin, Legi, Tolu ,bulan april) Patni Nariratih membawakan suaminya santapan. Pada waktu hendak makan,air minum tiba-tiba tumpah.Dengan tidak sadar keluarlah kata-kata dari Patni Nariratih : “ih ah palit dewane plet”yang maksudnya kemaluan suaminya kelihatan (B.G.M ha. 7a). Dalam B.G.M hal.7b dikatakan bahwa kata-kata tersebut didengar oleh Dewa Brahma. disinilah menurut Interpretasi kami bahwa yang mendengar hal tersebut tidak lain adalah suaminya sendiri, sehingga timbuh hasrat birahi ingin bersenggama dengan suaminya,Akhirnya senggama tersebut terjadi antara Patni Nariratih dengan suaminya sendiri. Mengapa demikian, karena menurut interpretasi kami, Brahma adalah sebagai dewa pencipta/penumbuh (konsep trimurti) dan ini sering digunakan sebagai mythologi sebagai sumber kelahiran seseorang yang ke-namaan atau termasyur. Jadi logislah disin untuk menyembunyikan perbuatan Mpu Curadharmayogi maka dipakailah Dewa Brahma sebagai gantinya. Mengapa dikatakan senggama itu terjadi dengan Dewa Brahma, Kiranya ini untuk menyembunyikan perbuatan Mpu Curadharmayogi sebagai seorang”Sewala-brahmacari” itulah sebabnya setelah Patni Nariratih hamil mereka segera pergi dari asrama unuk menyembunyikan diri. Mengenai Lahirnya Sang bayi pada balai agung di sebuah kahyangan di desa maddha. ini kira-kiranya memang diusahakan oleh Mpu Curadharmayogi dan Patni Nariratih menurut penafsiran kami: Balai Agung adalah merupakan sebuah balai yang patut ada di dalam sebuah “Kahyangan Desa”(Pura desa) yang berfungsi sebagai tempat membersihkan diri dari noda-noda spritual. Hal yang demikian ini dapat dibandingkan dengan keadaan di Bali sampai sekarang, Bahwa Bale-Agung terletak didalam Pura Desa yaitu salah satu Kahyangan Tiga yang ada pada tiap-tiap desa. Pura Desa ini adalah Sthana Dewa Brahma dalam fungsi sebagi pencipta. Jadi logislah orang tua Gajah Mada mengusahakan Balai Agung sebagai tempat untuk melahirkan bayi dengan maksud : Proses kelahiran berjalan lancar bayi terhindar dari noda-noda spritual Supaya bayi tersebut dianggap dilahirkan dari sumber pebcipta Supaya ada orang yang memungut dan memeliharanya.

Dialog Iblis dan Rasulullah

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.” Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?” Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.” Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.” Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”. Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.” Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi. Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…” Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?” Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.” “Siapa yang memaksamu?” Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata: “Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.” “Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.” Orang yang di Benci Iblis Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?” Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.” “Siapa selanjutnya?” “Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.” “lalu siapa lagi?” “Orang Aliim dan wara’ (Loyal)” “Lalu siapa lagi?” “Orang yang selalu bersuci.” “Siapa lagi?” “Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepada orang lain.” “Apa tanda kesabarannya?” “Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang-orang yang sabar.” ”Selanjutnya apa?” “Orang kaya yang bersyukur.” “Apa tanda kesyukurannya?” “Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.” “Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?” “Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.” “Umar bin Khattab?” “Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.” “Usman bin Affan?” “Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.” “Ali bin Abi Thalib?” “Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT Amalan yang Dapat Menyakiti Iblis “Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?” “Aku merasa panas dingin dan gemetar.” “Kenapa?” “Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.” “Jika seorang umatku berpuasa?” “Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.” “Jika ia berhaji?” “Aku seperti orang gila.” “Jika ia membaca Al-Quran?” “Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.” “Jika ia bersedekah?” “Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.” “Mengapa bisa begitu?” “Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. Yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka, dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.” “Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?” “Suara kuda perang di jalan Allah.” “Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?” “Taubat orang yang bertaubat.” “Apa yang dapat membakar hatimu?” “Istighfar di waktu siang dan malam.” “Apa yang dapat mencoreng wajahmu?” “Sedekah yang diam–diam.” “Apa yang dapat menusuk matamu?” “Shalat fajar.” “Apa yang dapat memukul kepalamu?” “Shalat berjamaah.” “Apa yang paling mengganggumu?” “Majelis para ulama.” “Bagaimana cara makanmu?” “Dengan tangan kiri dan jariku.” “Dimanakah kau menaungi anak – anakmu di musim panas?” “Di bawah kuku manusia.” Sahabat para Iblis Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?” “Pemakan riba.” “Siapa sahabatmu?” “Pezina.” “Siapa teman tidurmu?” “Pemabuk.” “Siapa tamumu?” “Pencuri.” “Siapa utusanmu?” “Tukang sihir.” “Apa yang membuatmu gembira?” “Bersumpah dengan cerai.” “Siapa kekasihmu?” “Orang yang meninggalkan shalat jumaat” “Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?” “Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.” Ketidakberdayaan Iblis pada Orang yang Ikhlas Rasulullah SAW lalu bersabda : “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.” Iblis segera menimpali: “Tidak, tidak… tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikanku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.” “Siapa orang yang ikhlas menurutmu?” “Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. “ “Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjunang, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. “ “Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.” Pembantu Iblis “Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaitan. Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak – anak muda, sebagian untuk menganggu orang -orang tua, sebagian untuk menggangu wanita-wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid. Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah. Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus. Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus. Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.” Syaithan juga berkata, “keluarkan tanganmu”, lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya. “Mereka, anak – anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka. Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa. Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.”

Jumat, 02 September 2011

Burung jadi agen Mossad Israel

Tampilan burung hering itu selintas biasa saja. Namun, Arab Saudi mengatakan kalau burung itu di badannya komplet dengan peralatan GPS. Nah, menurut pihak Arab Saudi, burung itu milik badan intelijen Israel, Mossad. Laporan di media Arab Saudi sebagaimana warta AP dan AFP pada Rabu (5/1/2011) menyebutkan, burung yang ditangkap di salah satu kawasan pedesaan negara itu bisa jadi merupakan salah satu bagian dari upaya spionase. Kewaspadaan memang meningkat di Arab Saudi ketika burung yang dilengkapi dengan cincin nomor R65 itu mendarat di kota gurun pasir Hyaal. Ketika dilihat lebih lanjut, ditemukan sebuah transmiter GPS—atau peralatan untuk mengetahui koordinat sebuah lokasi—di burung itu dengan tulisan "Milik Universitas Tel Aviv" dalam bahasa Inggris. Namun, Israel membantah keras dan mengungkapkan kekhawatiran nasib buruk yang akan diderita oleh burung hering itu. Galilea Para peneliti di Universitas Tel Aviv menegaskan, burung itu sama sekali tidak bersalah dan selama setahun belakangan menghabiskan waktunya berkeliling di atas Galilea. Adapun peralatan GPS dipasang untuk survei tentang kebiasaan migrasi dan perkembangbiakan burung. Bukan pertama kali Israel dituduh menggunakan hewan untuk tujuan-tujuan tersembunyi. Bulan lalu—di tengah-tengah serangan ikan hiu di kawasan wisata Laut Merah di Mesir, seorang politisi lokal mengatakan bahwa Israel sengaja melepas hiu untuk melakukan sabotase industri pariwisata Mesir

Tempat terlarang untuk menaruh HP

Jaman seperti sekarang ini, ponsel adalah barang yang wajib dimiliki setiap orang, apalagi yang hobi dengan gadget & teknologi. Nah buat sobat yang punya ponsel, coba deh perhatiin artikel ini, coz ternyata ponsel gak bisa ditaruh ditempat sembarangan. Check it out… 1. Jangan Taruh Dalam Saku Bagi para pria yg senang meletakkan ponsel di saku celana, sebaiknya dipikir ulang dech.. Alasannya, ponsel menghasilkan paparan medan elektrostatik & elektromagnetik yang mengakibatkan infertilitas (ketidaksuburan) lelaki. 2. Jangan Letakkan Bersama Barang Elektronik Jangan gunakan ponsel ketika sinyal lemah dekat dengan barang elektronik berpresisi tinggi. Barang elektronik mengeluarkan medan elektonik yg tinggi yaitu, TV, oven, kulkas, dll.. Perangkat berdaya listrik tinggi dapat merusak sirkuit ponsel terbakar. 3. Dilarang Dekat Kunci Mobil Dalam keadaan tertentu, ponsel yang digunakan dalam kendaraan akan memberikan dampak merusak terhadap peralatan elektronik kendaraan. Ponsel yang diletakkan terlalu dekat dengan kunci mobil ternyata bisa menghapus kode elektronik yang ada di kunci tersebut. 4. Jangan Posisikan Dekat Komputer Komputer & ponsel sama-sama memancarkan gelombang elektromagnetik. Jika berada dalam jarak yang dekat, maka keduanya akan saling merusak. Anda tidak ingin kan langsung kehilangan dua benda favorit anda ? 5. Jangan Simpan di Tempat Bersuhu Tinggi Tempat bersuhu tinggi, kelembaban tinggi, & berdebu merupakan kumpulan musuh ponsel anda.. Mungkin anda tdk menyadari sering “menjemur” ponsel anda di dashboard mobil, dekat jendela & bagasi. 6. Hindari Meletakkan Kartu SIM Dekat Magnet Bahaya kartu SIM dekat dg benda-benda mengandung magnet karena radiasi yang ditimbulkan. Ponsel bisa merusak floppy disk, kartu memori, & kartu kredit anda. 7. Jauhkan Dari Logam Hindari ponsel d
ari benda logam kecil karena magnet pada speaker ponsel anda akan menarik benda-benda tersebut. Ponsel anda bisa mengalami cidera fisik/kerusakan. 8. Jangan Dekat Alat Pacu Jantung Rumah Sakit memang bukan tempat yang baik untuk menggunakan ponsel. Selain alasan pasien butuh ketenangan, peralatan media seperti alat bantu dengar & alat pacu jantung dpt terganggu. Jangan sampai anda membunuh orang dengan ponsel yang anda miliki. 9. Jangan Tempatkan Dekat Gas yg Mudah Terbakar Gas berbahaya karena memiliki tekanan tinggi dan mudah terbakar. Berada dengan gas yang mudah terbakar bisa mengakibatkan ponsel tidak dapat berfungsi dengan baik. 10. Hindari Daerah Basah Rasanya kita semua sadar betapa bahayanya air bagi ponsel. Air juga musuh kamera ponsel.. Apalagi saat musim hujan, bisa mengundang banyak resiko. Bagi pengendara sepeda motor, segera selamatkan ponsel anda dengan menyimpan di tempat yg kedap air saat hujan tiba.

Selasa, 30 Agustus 2011

MATRIKS PROGRAM KERJA PPL INDIVIDU UNY


MATRIKS PROGRAM KERJA PPL INDIVIDU UNY
TAHUN 2009



NOMOR LOKASI : 20306186
NAMA SEKOLAH/LEMBAGA : SMK Negeri 2 Purworejo
ALAMAT SEKOLAH/LEMBAGA : Jalan Krajan 1 Semawungdaleman, Kutoarjo, Purworejo

No Program/Kegiatan PPL Jumlah Jam per Minggu Jumlah
Jam
I II III IV V VI VII VIII IX X XI
1. Mengajar Kelas X AKUNTANSI 3
a. Persiapan 2 1 1 4
b. Pelaksanaan 2 1 1 4
c. Evaluasi dan Tindak Lanjut
2. Mengajar Kelas X AKUNTANSI 4
a. Persiapan 2 1 2 5
b. Pelaksanaan 2 1 2 5
c. Evaluasi dan Tindak Lanjut
3. Mengajar Kelas X PEMASARAN I
a. Persiapan 2 1 1 2 6
b. Pelaksanaan 2 1 1 2 6
c. Evaluasi dan Tindak Lanjut


4. Mengajar Kelas X PEMASARAN II
a. Persiapan 2 1 2 5
b. Pelaksanaan 2 1 2 5
c. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Jumlah Jam 20



Mengetahui/Menyetujui,

Kepala Sekolah/Pimpinan Lembaga Dosen Pembimbing Lapangan Mahasiswa Praktikan,




Drs. H. Sumarso, M.M. Drs. Affendy Widayat Imam Waluyo
NIP. 19530412974021004 NIP. NIM. 06205244150

Pengertian / Definisi Filologi

Definisi Filologi
Bagi para cendekiawan yang berkecimpung di bidang ilmu humaniora, kata “filologi” bukanlah sebuah kata asing yang sama sekali belum pernah didengar. Kata “filologi” justru sangat akrab di telinga mereka karena bagaimana pun ilmu yang mereka geluti pasti ada hubungannya dengan “filologi”, entah ilmu itu menjadi ilmu bantu bagi “filologi” entah sebaliknya. Namun, apa sebenarnya “filologi” itu? Ada banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, yang jika disatukan kiranya akan saling melengkapi.

Menurut Kamus Istilah Filologi (Baroroh Baried, R. Amin Soedoro, R. Suhardi, Sawu, M. Syakir, Siti Chamamah Suratno: 1977), filologi merupakan ilmu yang menyelidiki perkembangan kerohanian suatu bangsa dan kekhususannya atau yang menyelidiki kebudayaan berdasarkan bahasa dan kesusastraan-nya. Hal serupa diungkapkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa: 1988). Sementara itu dalam Leksikon Sastra (Suhendra Yusuf: 1995) dikatakan bahwa dalam cakupan yang luas filologi berarti seperti tersebut di atas, sedangkan dalam cakupan yang lebih sempit, filologi merupakan telaah naskah kuno untuk menentukan keaslian, bentuk autentik, dan makna yang terkandung di dalam naskah itu.

Tidak jauh berbeda dari definisi-definisi di atas Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu-Zain) (J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain: 1994) menekankan bahwa filologi meneliti dan membahas naskah-naskah lama sebagai hasil karya sastra untuk mengetahui bahasa, sastra, dan budaya bangsa melalui tulisan dalam naskah itu. Sementara W.J.S. Poerwadarminta (1982) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia lebih menekankan bahwa filologi mempelajari kebudayaan manusia terutama dengan menelaah karya sastra atau sumber-sumber tertulis.

Sebagai bukti bahwa ilmu lain pun menaruh perhatian terhadap filologi atau bahkan memerlukan filologi, Koentjaraningrat, dkk. (1984) dalam Kamus Istilah Antropologi mengungkapkan filologi sebagai ilmu yang mempelajari bahasa kesusastraan dan sejarah moral dan intelektual dengan menggunakan naskah kuno sebagai sumber.

Dick Hartoko dan B. Rahmanto (1986) dalam Pemandu di Dunia Sastra mengungkapkan asal kata filologi, yaitu “philos” dan “logos” yang berarti cinta terhadap kata. Sementara itu tugas seorang filolog adalah membanding-bandingkan naskah-naskah kuno untuk melacak versi yang asli, lalu menerbitkannya dengan catatan kritis.

Webster’s New Collegiate Dictionary (1953) mendefinisi-kan filologi ke dalam tiga hal, yaitu:
cinta pengetahuan atau cinta sastra, yaitu studi sastra, dalam arti luas termasuk etimologi, tata bahasa, kritik, sejarah sastra dan linguistik; ilmu linguistik; studi tentang budaya orang-orang beradab sebagaimana dinyatakan dalam bahasa, sastra, dan religi mereka, termasuk studi bahasa dan perbandingannya dengan bahasa serumpun, studi tata bahasa, etimologi, fonologi, morfologi, semantik, kritik teks, dll.

Berbeda dengan kamus yang lain, Dictionary of World Literature (Joseph T. Shipley, ed.: 1962) memuat definisi filologi secara panjang lebar. Dalam kamus ini dijelaskan asal kata filologi dan orang-orang yang pertama kali menggunakan kata itu. Di samping itu dijelaskan pula perkembangan ilmu filologi di beberapa tempat. Misalnya pada abad ke-19 istilah filologi di Inggris selalu berhubungan dengan ilmu linguistik. Filologi juga termasuk dalam teori sastra dan sejarah sastra. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa kritik sastra tidak mungkin ada tanpa filologi.

Jika setiap definisi tersebut kita cermati lebih lanjut, setidak-tidaknya sebagian kecil dari masing-masing definisi ada yang sama. Setiap definisi menggolongkan filologi sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan. Filologi berhubungan erat dengan bahasa, sastra, dan budaya. Filologi menelaah bahasa, sastra, dan budaya itu dengan bersumber pada naskah-naskah kuno. Dari naskah-naskah kuno itu dapat diketahui pula perkembangan bahasa, sastra, budaya, moral, dan intelektual suatu bangsa.

Filologi berasal dari bahasa Yunani philein, "cinta" dan logos, "kata". Filologi merupakan ilmu yang mempelajari naskah-naskah manuskrip, biasanya dari zaman kuno.
Sebuah teks yang termuat dalam sebuah naskah manuskrip, terutama yang berasal dari masa lampau seringkali sulit untuk dipahami, tidak karena bahasanya yang sulit, tetapi karena naskah manuskrip disalin berulang-ulang kali. Dengan begini naskah-naskah banyak yang memuat kesalahan-kesalahan.
Tugas seorang filolog, nama untuk ahli filologi, ialah menelititi naskah-naskah ini, membuat laporan tentang keadaan naskah-naskah ini dan menyunting teks yang ada di dalamnya.
Ilmu filologi biasanya berdampingan dengan paleografi, atau ilmu tentang tulisan pada masa lampau.
Salah seorang filolog Indonesia ternama adalah Prof. Dr. R. M. Ng. Poerbatjaraka

Kamus Bahasa Batak

abang abang angkang
abg (anak baru gede) bajarbajar, siuoruor
ada adong, ada, tidak ada-soada
adik adik lakilaki - anggi
adop hadap; maradophon
adu alu, aluhon – adukan, dialuhon – diadukan, mangalualu – mengadu nasib
agak tar; agak cantik – tar uli
agap tawa terbahak-bahak
air aek; air terjun – sampuran, air mata – ilu, menetes air mata – manetek ilu; basah – maraek
ajak togi, mengajak manogi, ajaklah – togihon, pemimpin – partogi
ajimat parsimboraon, simbora parlapikon
aku ahu; mengakui – marhatingkoshon
alot jogal
amat, mengamati tillik; manilik, maniliknilik
ampat opat
andai molo, andai kata bisa – molo boi nian
angin alogo – angin ribut – ampilas
antar taru; antarkan – taruhon
antuk ondok, mengantuk mondokondok
apa aha; mengapa – mahua, apapun – lan
apel tandang, pergi ke rumah gadis untuk pacaran – martandang
appear agar; appearance – agar, bagak, dorang, jeges, jagar, lago, uli
arah odong, dipaodong – diarahkan; dompak, dompak hambirang – arah kiri, dompak siamun arah kanan; dihadapi –didompahi; diarahkan – dijuju
arang agong
arti lapatan, artinya – lapatanna
asam igar, rudang; terlalu asam – maigarhu; jeruk asam – unte rudang
asap timus, berasap – martimus
asing duru; diasingkan – sipaduruon
atap tarup
atur ture, mengatur – pature, palsu – pinatureture; aturan – ruhut; aturan peradatan – ruhut ni paradaton
awas, jaga ramot, mengawasi, menjaga – mangaramoti
ayah amang
ayo tole, ayo lah , tole
bagaimana beha, boha, apa yang harus dikerjakan – beha bahenon, boha bahenon
bagus jeges
bahas uhal, membahas, manguhal, menganalisa
bahaya mara; ditimpa bahaya – marmara, tempat bahaya – parmaraan
bahu abara, diabarai, mangabarai, parsitangkingon. Diabarana i do dibahen siboanonna i. Diabarai ibana do sude harugian i. Ibana do mangabarai sude ulaon i.
baik denggan, diperbaiki – dipadenggan, padengganhononhon
bajak tinggala
baju, pakaian abit
bakar tutung; terbakar – matutung; heater (pembakaran) – tataring
bangun dungo
banyak torop, godang, banyak yang kamu tahu – godang parbinotoanmu, sangat banyak – bahat nai; banyak orang – torop jolma; banyak orang – torop jolma; kebanyakan -pagodanghu
bapa, ayah amang
barang dagangan boniaga
batang kambona, sebatang – sangkambona
bayar garar, kubayar – hugarar, membayar – manggarar
baur saor, berbaur – marsaor
bebek bibi
bekal borhatborhat
bekas tihas
bela tutur, pembela – panuturi, memembela – manuturi
belakang pudi; terbelakang – parpudi; dibelakang – dipudi; dibelakangi – ditundali
beli tuhor, membeli – manuhor, di beli – nituhor
benar tingkos, toho; membenarkan – marhatohohon; tutu; sebenarnya – antong
benih boni
benjol punil, boasa punil bohim, marbadai do ho?, berbenjolbenjol – marduguldugul
bentak songgak; dibentaki – disonggahi; saling mementak – masisonggahan
bentang alam hajangkajang
berangkat borhat
berat borat; keberatan – haboratan
berdiri tindang, jongjong
berhenti sohot, maradian
beri lehon; memberi – mangalehon
beringin jabijabi
berkas, bungkus borhos; seberkas – samborhos
berkat pasupasu
bersama-sama rampak, rampak do sibenet dohot lae na i
bersih ias, bersihkan – paias; dengan jujur – ias ni roha
bertambah, ganda more
besar balga; lebih besar – balgaan; terbesar – umbalga; jalan besar – dalan balobung; besar – bolon, terlalu besar – pabolinhu
besok sogot, besok lusa – sogot haduan
bidan sibasoh
bijak ampa, bahasa ladang – arda diladang; bahasa bijak – ampa ardang;
bijaksana bisuk
bilang dok; yangdikatakan (dibilang) – pandok; katakan – dokkon
bimbing togu, membimbing – manogu
bingung bojok, (heran) longang, maoto (oto)
bisik husip; husiphon ma tu ahu aha do na dibagasan roham
bohong gabus; berbohong – margabus; pembohong – pargabus
buah parbue
bual buras, kombur; berbual – markombur
buang ambolong, ambolonghon; pembuangan – panduduron
bujuk, mohon elek, elekelek, bujukan – pangelek, membujuk – mangelek
buka buka, buha
bukit robean, robean na timbo (dolok)
bulan bulan, bulan tula – bulan purnama?
bulat tingko, gonong
bumi, dunia portibi, hasiangan
bundar tingko, lunjung
bunuh pamate, pembunuhan berencana – todos, pusa
bunyi huling (kuling); berbunyi –mangkuling; lonceng – hulingkuling
burung pidong; pidong patiaraja; pidong sigak; pidong imbulubuntal; amporik; pidong araroma; pidong lote – burung puyuh
buta pitung, mapitung
cabut bubut, mambubut, mencabut, mangurati; borgat (cabut untuk tumbuh2an, bersama akarnya); maborgat – tercabut; mamborgat – mencabut
cakar tambirik,
cape loja
cari lulu, lului; mencaricari – lulululu, mencari – mangalului
cecer, serak sabur
cekatan bontis
cela, raib tihas
cepat tibu
cerdik, bijaksana bisuk
cerita torsa, torsatorsa, cerita rakyak – turiturian
ceroboh, keras kepala, suka melawan tois
cicak boraspati
cicip dai, rasakan – daihon
cincang tanggo, mencincang – mananggoi – sangsang
cinta, kasih holong
cium umma, mangumma, masiummaan, masiummaummaan – bercium-ciuman
coba, dicoba disuba
cubit gotil, unang sai gotil anggimi
cukup sae
cuci buri, air pencuci – aek pamurion
curi tangko; mencuri – manangko
dahi, muka, wajah bohi
dagangan boniaga, tigatiga; marboniaga – berdagang; parboniaga – pedagang, dagangan – tigatiga, berjualan – martigatiga
daki, mendaki, naik, menanjak nangkok, mendaki ke bukit – nangkok tu dolok
dalam bagas
danau tao
dapat dohar, didapat, diperoleh – mandohar
dari sian, dari situ – sian i
datang ro, sudah datang – nga ro, nungnga ro
daun bulung, daun beringin – bulung ni hariara
debat sinambul, tukang debat – parsinambul
dekat jonok
delapan ualu
dengar bege, didengar – dibege
dengkul, lutut dugul, ulu ni tot, mendengkuli – mandugul
depan jolo, ke depan – tujolo, masa yang akan datang – tujoloan, dahulu – najolo, pertama – parjolo
deras, lebat dobar; mansai dobar do parbue ni pinasa i; dobar do udan i
derita, penderitaan siaginon, parniahapan
desak abuk, diabuk, mangabuk, mabuk, pangabuk. Unang sai abuk ibana
dia ibana
diam sip, hehem, pendiam – sijalo sipsip
didih gurgur, mendidih – magurgur
dingin ngali
doa tangiang; tabas
dua dua, duabelas – sampulu dua
duga agak – sura
dunia portibi
ejek ehet, mangehet
elang (burung) lali
emas sere, emas palsu – suasa
embun ombun
enak tabo; tabo ma lompalompa ni inang on; enak didengar – lengenlengen
enam onom
filsafat risa, filosofinya – risana; ilmu filsafat – raksa risa
gagak (burung) sigak
gali, telaah uhal; menelaah – manguhal
gampang mura, sangat gampang – sai nura
ganjil geduk
gelap holom
gema saringar
gemetar manggirgir
gendong abing, abin, mangabing, diabing, abingan
gerak, bergerak, mulai melangkah hinsat
gerangan ulaning, apa gerangan – aha ulaning
gerimis simbur, simbursimbur
gimana, bagaimana beha
goblok oto
guna hasea; menggunakan – marhaseanghon; memanfaatkan – mamparhaseanghon
gundul saesae
habis suda, habis-habisan – tumpur
hajat lolo, palolo jabu – hajat membangun rumah, hajat melaksanakan pekerjaan – palolo siulaon; hadirin – loloan na torop; berkumpul – marlolo
hak tohap, agat; hak milik kita – aganta
hambur, berserakan abur, diaburhon mangaburhon, maraburan, marabur, maraburabur
hanya holan, hanya sedikit – holan saotik, ondeng
hanyut maup
haram rumar, hata rumar – kata kotor, kata yang tidak sopan
harap sinta harapan/citacita – sintasinta, diharapkan – dipasinta
hari ari
harta agat, arta, hamoraon, ugasan
hasea berguna; so hasea – tidak beguna; marpahaseang, humaseaan – lebih berguna
hasil omo, bekerja – mangomo. penghasilan – naniomo
hati, perasaan roha, senang hati las roha, hatihati – nangetnanget, nanget
hebat bongak, mininggikan diri – pabongakbongakhon
hembus ombus
henti, diam so; berhenti – paso
hidup ngolu
hijau rata; menghijau –ratarata
hilang mago
hitam birong
hitung etong
hujan udan, hujan es – ambolas; udan na so hasaongan, alogo na so hapudian
hutan harangan
hutang singir
hujan udan, hujan es – ambolas
ibu inang, ibu yang baik hati inang soripada, inanta i, our madam
ikan dengke, ikan mujahir – dengke jair
ikat kepala bulang
ikut ihut; mangihuti; dohot; pengikut – parsidohot; ihit, mengikuti – mangihiti
ilmu raksa, mangaraksa-berilmu, pengetahuan – pengetahuan
indah uli, betapa indahnya – mansai uli
ini on, seperti ini – songon on
injak dege
ipar tunggane, hubungan antara suami dan saudara istri – partungganean
istri ripe; istrinya –ripenai; calon istri – oroan
itu, seperti itu I, songon i, songon an
jadi saut, gabe
jahat jungkat, berhati busuk – geduk
jahe pege
jalar insir, ular menjalar – manginsir ulok
jam pungkul, jam berapa – pungkul piga
jambu batu antajau
jampi tabas
jangan unang, jangan sampai – sotung, jangan sampai rusak nanti – sotung sega annon
janggal haduk
jantung taroktok; bukbak taroktokna – berdebar jantungnya
jatuh dabu, madabu, jatuh untuk manusia tinggang
jauh dao
jawab alus, menjawab –alusi, dijawab – dialusi, saling menjawab – masialusan
jebakan lupaklupak
jejak bogas, menetapkan langkah (untuk masa depan – pernikahan) – parbogasan
Jelajah adang. Nungga sude diadangi ibana alai ndang jumpasa
jelas, menjelaskan nalnal, panalnalhon, patiar; jelas terlihat – tedak, tedak songon indahan di balanga
jelek roa; terjelek – rumoa
jengkol joring
jenis, ragam ragam
jernih tio
jodoh rongkap
jujur tigor – (tidak jujur) geduk
kacau gaor; kacau balau – sursar
kadang sipata
kain, pakaian abit, diabiti, diabithon, mangabiti, marabit, parabiton
kakak/adik(perempuan) ito
kaki pat
kalau molo
kambuh manombo
kami hami
kamu hamu
kandungan tabutabu, kandungannya – tabutabuna
karena alana
kasih lehon, kekasih – hallet, kasihan – asi
kasur podoman
kata hata, dok ; katakan – hatahon, dokhon; sepatah kata – sangkambaba; katakan - dok, paboa; dikatakan – didok; dipaboa
kau ho
kawan dongan, kedan
kawin sohot, mengawinkan – pasohot, perkawinan – parsohotan; berrumah tangga – marhasohotan
kaya mora; berada – mamora
kebenaran sintong, kebenaran yang tak perlu dikatakan – hata hehem
kecil metmet, hetek, saling menganggap rendah – masihetehi; sebagian kecil-punsu tali; masa kecil (anak2) –gelleng
kedai lapo, kode
kejut hiap, terkejut – tarhiap
kejut, terkejut, cemas muningan, boasa muningan ho hasian
kekasih, pacar hallet
kelahi bada, berkelahi – marbadai
kelapa harambir
keluar haruar
kemarin nantoari
kembar silinduat
kenal tanda, terkenal – bongal
kendala abat, abat-abat- berbagai rintangan
kepala ulu, simanjunjung
kerabat ampara (sisolhot)
keras pir, terlalu keras – papirhu
keriap gulmit, manggulmit
kering hasang, mahiang
keringat hodok, keringatan – hodohan
kerja ula; bekerja – mangula; kerja keras – todos; kerjakan ulus, pekerjaan – ulaon; gotong royong – mangarumpa
keruh litok; litok aek di jae tingkirhon tu julu – keruh air di muara, lihat ke hulu
ketika andorang, hatiha
keturunan pinompar, pomparan
kilat hillong, mengkilat – marhillong
kira rimpu, rippu; kirakira – hirahira, kukits – hurimpu
kirim tongos, mengirim – manongos
kodok tohuk, tojak
kosong rumar, harus dihabiskan – ingkon rumar do i
kuat gogo, togar
kukuh togu
kulit hulinghuling, kalimat tanya untuk suatu tekateki – hulinghuling ansa, jawabannya ansa, atau hutisa
kumpul lolo, berkumpul – marlolo; hadirin – loloan
kusut rundut
koreksi, perbaiki pature; marsipatureturean
kuda hoda
kumpul pungu; berkumpul – marpungu; kumpulkan punguhon
kunjung topot, mengunjungi – manopot
kurang hurang; kekurangan – hahurangan
kusut rundut
kutuk sapata – bura
ladang hauma; berladang – marhauma
lagi dope, muse
lagu logu, marlogu sada, marlogu dua- ende
lah ma, nian – baenma, unang manian
lahir bila yg lahir laki-laki disebut tubu, bila yg lahir perempuan disebut sorang
laki baoa, lakilaki – dolidoli
lalai lalap
lalat lanok
lalu, berlalu salpu
lampias sombu, melampiaskan rindu – pasombu sihol
langsung tidak menunggu-nunggu – pintor
lapang tardas, lapangan rumput – adaran
lapar male, kelaparan – haleon
lari lojong, berlari – marlojong; lari terbirit-birit – lintun
lawan alo, dugu, maralo, mardugu-melawan
layu malos, mabap
lepas talhus
lepau, kedai lapo
lepek, basah kuyup tonu
lembu jantan jonggi
lempar sampat, lemparkan – sampathon, dilemparkan – disampathon
lenggang ambe, berdendang – mangambe
lengkap timpas
lengket longkot, lepas – longkang
lengkuas halas; tuhor jolo halas i asa mangalompa itom
lewat lewat –bolus; , melewati mamolus; dilewati – dibolus; lewat (waktu) – bolus
iar riar, hijang, unto boruboru na riar (hijang)
liat, kaku jogal
licin sulandit tergelincir – tarsulandit
lidah dila, abas, albas, mangabas – melambai, mangalbas
lihat bereng, tingkir
liur tijur, ijur, manijuri – meludahi
lima lima
limpah arar, marhuarar -berlimpah
lonceng hulingkuling
lompat timbung; melompat – manimbung; tollu, manollu – melompat kebawah
ludah, air liur tijur
luncur runsur
lurus, jujur tigor, manigor, hatigoran, partigor, patigorhon panigoran
lutut, dengkul ulu ni tot
mahal arga, arga do bona ni pinasa
main meam, permainan – parmeaman
maju (agung, timbul, berjaya) timbul
makan allang; pangan; makanan – panganon, allangon; sipanganon
makmur duma, maduma; kemakmuran – hadumaon
malam borngin
malas age, bermalas-malasan – mageage, measeas
malu ila; memalukan – pailahon; saling memalukan – marsipailaan; urak, malu aku – murak ahu; dipermalukan – dipaurak; tarurak, paurakhon, haurakon
mampet, macet sundat
mandi maridi, mandi diluar – martapian
manis tonggi, terlalu manis – patonggihu, paling manis – tumonggi
mati mate, monding, parjolo; mati tiba2 – tidas, menghembus nafas – tos hosa; mati tenggelam – mogap
minta ido, meminta – mangido, permintaan – pangidoan
muka(bagian tubuh) bohi
muncul mullop, muncul berulang-ulang – mullopullop
pemamah biak sigagat
mama inang inong
manusia jolma, manisia
masak lompa, memasak – mangalompa; masak dengan asam saja – ura, yang dimasak dengan asam – naniura
masak (buah) mabe, malamun
masih dope, masih ada – adong dope
masuk bonggot, tempat masuk – habongotan
mata mata, simalolong; mata air – pansur
mau olo, saya mau – olo do ahu
melata manginsir
mentah tata; martata sumping -tersenyum
merah rara
mereka nasida
mimpi nipi, pemimpi – parnipi
minum inum
minyak miak; maiakna ma jo panggorengna
miskin pogos; melarat – lea pogos
mudah mura, mudah – mudahan – mudahan, semoga anggiat
mulut baba, sepatah kata – sangkambaba
musuh tihus, manihus – mengejar musuh
muncul mullop
murtad tundal, panundalan – kemurtadan, panundalan manginsobut tu ho
nafsu pangimbung, pangimbungna – nafsunya
naik nangkok
nakal tilhang, jekjek
nangka(buah) pinasa
nanti annon
nasib siahapon
nasihat soso, kunasihati – husosoi
naung (teduh) ingan, bernaung – maringan
nikah, menikah untuk lakilaki mangoli, pelakunya pangoli, untuk perempuan muli, yang dinikahi – nanioli, menikah kembali – imbangna , panoroni
nyanyi ende; bernyanyi – marende; nyanyi cinta – ende ende arur
nyata nata; terbuka, jelas – tedak; terus terang tidak sembuny2 atau berpura-pura – sitedak rupa siboto goar
nyeri borit
obat, mengobati mandaoni
oleh oleh karena itu – angkup ni i
olok rehe memperolok – mangarehe, contoh birong gelek, sirara obuk, sihariting mosok dll
orang halak; jolma
pacar hallet
padang gurun halonganan
pahat lotik
pakaian abit, diabiti, diabithon, mangabiti, marabit, parabiton. Abit na arga do pinangkena i Nang pe rintik ibana, alai tong do diabiti bondana i.Painte jolo diabithon mandar na i. Angka ina do disuru mangabiti ina na monding iingkon marabit do angka namarbaju parhobas i asa denggan
paku labang
palsu, menyimpang dari kenyataan lipe, pinatureture, emas palsu – suasa
panen gotil; memanen – manggotil
panggil, undang jou, saling memanggil – masijouan; undangan joujou
pangkal bona
pangku abing,abingan-pangkuan, diabing-dipangku , mangabing-memangku. Abing ma jolo anakmi asa pasusu. Diabingan ni inana I do ibana modom. Diabing ma anakna I huhuty dipasusu. Boasa ho mangabing anakmi, tudia horoha inantam
pantang subang, orang yang mempunyai pantangan – parsubang; menjadi pantangan – tarsubang
pantas, bagus, cocok, pas tama; une – naung une ma sude na binahenmi
parit bondar
pasar onan
patah, rusak matopik
patut tama
payudara tarus, putting payu dara – ulu ni tarus; manarus – menyusu; patarushon – menyusui; adop
pedih ngotngot
pemimpin, panggilan untuk penghormatan raja
pendek jempek
pengumuman tingting; mengumumkan – martingting
penuh gok; dipenuhi – dipasiat – dipasiatma pangidoanki
pepaya botik
perahu solu, berperahu – masisoluan
peraturan, hukum patik
percaya, dapat dipercaya bontor
percik percikan pispison
perempuan boru
periuk hudon
perjanjian padan
perkakas tenun sabang
perlu ringkot, mangaringkothon
pernah hea; tidak pernah – ndang hea
permisi santabi
perut boltok
pesan tona
pesta, rapat lolo; berkumpul – marlolo; kumpulan – loloan
peti mati abal-abal
petuah pitua, pitua nitabas ingkon jumolo disiup
pijat dampol
pilih pillit; memilih calon istri – mangaririt, pemilih calon istri – pangaririt
pindah morot, morot tu na asing
pinta tami, meminta – manami
pintar bistok
pintar malo; belegak pintar – pamalomalohon
piring pinggan
pisah sirang
pisau sadap agat, tukang sadap – paragat
potong tanggo, memotong ( dengan parang) – mananggo
pudar sosa
pukul balbal, dipukuli – dibalbali
pulang mulak, pulang kerumah – mulak tujabu
pundak abara
pungut ain
putih bontar
putus tos, matos; memutuskan – manotos; manotosi
rahasia umum hata haurahon
rajin ringgas
ramai torop
rantau ranto, ratto, pangantantoan
rapat, musyawarah rapot
rasa taon – dirasa ditaon, merasakan – manaon; mengalami duka cita – marsitaonon; sependeritaan – sapartinaonan
rasa ahap; dirasa – diahap; penderitaan – parniahapan; roha; perasaannya – rohana; terge, manerge, diterge rasa dai, enak rasanya, tabo daina, dirasai – didai
rasa dai, enak rasanya, tabo daina, dirasai – didai
rasa roha, kurasa – huroha
rela pos, rela hati – pos roha
rendah hetek; rendah hati – serep roha
rindu sihol; merindu – masihol
rintangan abat-abat
rumah sopo, jabu, bagas
rumput duhut, merumputi – manduhuti, marbabo, mambaboi
rusak sega, merusaki – manegai
saat uju, saat ini – uju on; ombas, saat ini – di ombas on
sabar, bersabar saep
sahabat aleale
saja ondeng, sambing
sajak ardang, pangardang – pembuat sajak
sakit hansit, sakit sekali – hansit nai; borit; menyakitkan – naboritan
sakit sahit, sedang sakit – marsahit
salam (tangan) jalang
salam selamat, sejahtera, teguh horas
sama dos, sama rata – ris
samar, menyamar tinda, patinda rupa
sampai sahat, ro dina, rasirasa; sampai sekarang – ro dina saonari, sahat tu sadarion, rasirasa nuaeng; sampai mati – rasirasa mate
sangat pala, apala, sapala; sangat panjang – apala ganjang
sangat sai, sangat-sangat – mansai, sangat gampang – sai mura, sangat-sangt cantik – mansai uli
sanggup tolap, tolap gogo; yang aku sanggup – tolap au
santun donda
sarong mandar
satu sada
sawah saba
saya ahu, iba
sebar, serak, tersebar marserak, menyebarkan – paserakhon; parserahan – tempat yang tersebar
sebelas sampulu sada
seberang ipar; menyeberang – taripar, menyeberangi sungai – manaripari batang aek
sedia tupa; menydiakan patupahon
sedia, siap rade, sudah sedia – nungga rade, disiapkan, disediakan – diparade
segera, tergopohgopoh busbus, menggugurkan kandungan – busbushon
segi suhi, bersegi-segi – marsuhisuhi
sekaligus huhut
sekarang nuaeng, saonari
selamat, pelihara ramot, menyelamatkan, memelihara – mangaramoti
selesai sae,sidung, sudah selesai nungga sae; pasidunghon – menyelesaikan; penyelesaian -pansidungi
selimut ulos
semak somak
semangat simangot
sembilan sia
sembunyi, tersembunyi, tersumbat solpa
sempat sanga, menyempatkan – pasangahon; kusempatkan – husangahon
senja botari
sembur bursik, disemburkan – dibursikhon
sempurna tang
semua luhut, saluhut, semuanya – saluhutna; sude, semuanya – sasudena
semut porhis
sengat doit, menyengat – mandoit
seperti songon
sepi, sendiri punjung, – mati tak ber anak – mate punjung; tersisih – tarpunjung
sepuluh sampulu
sesak ponjot
sesal humordit
serak, jatuh berserakan abur, diamburhon, mangamburhon, maramburan, marabur, marabur-abur. Abur do eme na inoanna i. diaburhon do indahan na di piring na I ala ni murukna. Holan ibana do mangamburhon arta ni amana i. Maramburan do baras sian karung na matombuk i. Marabur do ilu sian mata ala ni ngotngotna
seru (kata seru) ate
serupa suman
siang arian
siap, sedia rade, sudah siap – nungga rade
sifat bangko, tibas
silau sillak, marsilak; kemilau – sumillak
silsilah tarombo, partuturan
sinar sondang, rondang (bulan)
sirih napuran, napuran tanotano
sobek ribak – dirobek – ribakhon, menjadi sobek maribak
sopan pantun, bersopan-sopanan – marhapantunon
suara soara
subur, memberikan hasil yang baik berkembang biak dengan baik sinur
sudah nga, nungga, sudah datang – nungga ro
suka, rajin, bersemangat girgir; tung mansai girgir do ibana na markarejo i
sumpah tolon – bersumpah – manolon, patolonhon
sungai binanga, batang aek
susah susa, jangan sampai susah kita– sotung susa hita
tabah, tekun benget
tabung bambu abal-abal
tahu boto
taman porlak
tambah tamba, lam; tambah kuat – lam gogo
tampar pastap
tanaman suansuanan
tangan tangan
tangkap (maling) barobo
tanya sungkun, pertanyaan – sungkunsungkun, muningan; saling bertanya – masisungkunan
tatap tatap; menatap – manatap
tawa engkel, marengkel, mengkel, mengkelengkel, terbahak-bahak – mengkel suping, saling menertawakan – masiparengkelan
tebang taba, kayu itu ditebang – ditaba hau i
tebing tolping
tega hum ; tega hati – hum roha
tegap togos
tegar tohom
teguh togu
teguk dorguk
tekateki ansa-ansaan
tekun (tabah) benget
telan bondut
telanjang saesae, marsaemara, salangsalang
telur pira; tolor; buah pelir pirapira; bertelur – marpira
teman dongan; teman membuat kita berharga – dongan do hatotoga
tembakau timbaho
temu jumpang, domu; bertemu – pajumpang, mardomu; pertemuan – pardomuan
tempat ingan, inganan; tempat tidur – podoman
tenang pos, tenang hatimu – pos roham
tengah tonga
tenggelam bonom
tenggen, setengah mabuk mordong
tengok tingkir
tentu tontu, ate, men-iakan/meyakinkan – antong; meminta persetujuan – ate, memastikan tontu
tepat topet
tepuk tangan marlapaklapak (martolap)
tepung beras nitak, nitak gurgur ( tepung beras jang lembut)
terang tiur; torang; terang bu;an – rondang ni bulan i
terbang abang, habang
terbalik tundal
terbang habang
terbirit-birit lintun
terbit poltak (bulan); binsar (matahari)
terbuka (jelas) tarngap
terima jalo, menerima – manjalo, terima kasih – mauliate
ternak pinahan, ternaknya gemuk2 – pinahanna pe mokmok
tiang penyanggah panangga
tidak ndang, tidak ada – ndang adong; tidak ada – soada, Soada na hurang diibana
tidur modom, podoman-kasur; tertidur – tarnono; tidur nyenyak – renge modom
tiga tolu
tikar ampe
timah hitam simbora
timbang antan, menimbang-nimbang – mangantan; timbang,perkiraan – rajum, dipertimbangkan – dirajumi
timbul timbul
timur habinsaran
tinggi timbo
tinta mangsi
tording peraturan
tuak tuak na tonggi, tuak na pang, tuak tangkasan
tuan rumah (pemilik acara yang bertanggung jawab) suhut
tujuh pitu
tuli nengel
tulis gurit, tuliskan – gurithon; surat, menulis – manurat, tuliskan – surathon
tumpah sabur
tunda, menunda mahilolong
tunggu ima, inte, paima, painte, ditunggu – dipaima, dipainte, tunggu dulu – inte ma jolo
tunjuk tida, patidahon
tuntun togu, menuntun – manogu, manogunogu
turun tuat; keturunan – pinompar, pomparan, rindang
uang hepeng, humisik
ubi, ubi kayu gadong
ujung ujung
ulak kembali, paulak – kembalikan
ungkap, terungkap tardas
upah upa
usai simpul, sae
usir bali, mengusir -pabali
wajah, muka bohi
waktu tingki, tikki ; zaman dahulu –tingki na galia; hatiha
warisan arta pusaka X paneanon (ima kuasa na dohot paksa
wibawa tunggun, sanggam

Skripsi Bahasa

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Wujud karya sastra mempunyai dua aspek penting, yaitu isi dan
bentuk. Isinya adalah tentang pengalaman hidup manusia, sedangkan
bentuknya adalah segi-segi yang menyangkut cara penilaian yaitu cara
sastrawan memanfaatkan bahasa yang indah untuk mewadahi isinya (Semi,
1988: 8). Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan
Warren, 1990: 3).
Menurut Pradopo (2003: 113) karya sastra dicipta oleh pengarang ia tidak
terlepas dari masyarakat dan budayanya . Seringkali sastrawan menonjo lkan
kekayaan budaya masyarakat, suku bangsa, atau bangsanya. Hal ini tampak
lebih dalam karya sastra Indonesia sejak tahun 1970, meskipun sebelumnya
latar sosial budaya ini juga tampak (tentu saja) dalam karya sastra Indonesia.
Menurut Pradopo (2007: 62) dalam menilai karya sastra haruslah
diketahui norma-norma karya sastra. Oleh sebab itu, tak dapatlah kita
meninggalkan pekerjaan mengurai atau menganalisis karya sastra.
Ratna (2004: 60) menyatakan bahwa pada dasarnya antara sastra
dengan masyarakat terdapat hubungan yang hakiki. Hubungan-hubungan yang
dimaksud disebabkan oleh (a) karya sastra oleh pengarang, (b) pengarang itu
sendiri adalah anggota masyarakat, (c) pengarang memanfaatkan kekayaan
1
2
yang ada dalam masyarakat dan, (d) hasil karya itu dapat dimanfaatkan
kembali oleh masyarakat.
Banyak karya sastra dihasilkan melalui tangan-tangan sastrawan yang
berbakat, yaitu puisi, novel, cerpen, drama, dan lain sebagainya. Cerpen
merupakan bagian dari karya sastra yang banyak sekali mengandung maknamakna
kehidupan tergantung tema apa yang diangkat.
Menurut Ari (2006) cerita pendek cenderung kurang kompleks
dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian
pada satu kejadian, mempunyai satu plot, latar yang tunggal, jumlah tokoh
yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat. Dalam bentuk-bentuk
fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur -unsur inti
tertentu dari struktur dramatis , yaitu eksposisi (pengantar latar, situasi dan
tokoh utamanya), komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan
konflik dan tokoh utama), komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang
memperkenalkan konflik), aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan
bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu langkah), klimaks
(titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita yang
mengandung aksi terbanyak atau terpenting), penyelesapan (bagian cerita di
mana konflik dipecahkan), dan moralnya (http:id.Wikipedia.org,diakses
tanggal 16 Februari 2010).
Melakukan analisis karya sastra khususnya cerpen tidaklah mudah.
Karena banyaknya cerpen yang bermutu tinggi yang dihasilkan. Selain
menggunakan gaya bahasa yang sulit dimengerti juga maknanya ditujukan
3
terhadap suatu masalah yang terjadi di lingkungan sekitar. Masalah tersebut
bisa berupa masalah yang menyangkut politik, ekonomi, hukum, dan
sebagainya.
Salah satu cerpen yang bermutu tinggi adalah cerpen-cerpen karya
Putu Wijaya. Isinya banyak menceritakan persoalan yang terjadi di
masyarakat khususnya masyarakat miskin . Tentu saja pengarang menulis
karya sastra mempunyai tujuan yang akan disampaikan. Nilai-nilai yang
terkandung dalam karya sastra beraneka ragam, misalnya nilai moral, sosial,
agama, politik, ekonomi, dan budaya. Dalam kumpulan cerpen Protes karya
Putu Wijaya terkandung nilai sosial karena sebagian besar cerpennya memuat
kritik yang ditujukan terhadap ketimpangan sosial yang terjadi dalam
masyarakat. Ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat akibat kesejahteraan
yang tidak merata, ada yang berlebih dan ada pula yang kekurangan.
Putu Wijaya dalam karyanya mencoba mengungkap ketimpanganketimpangan
yang terjadi dalam masyarakat. Ketimpangan tersebut dapat
berupa kemiskinan, Perilaku sewenang-wenang penguasa, dan kesenjangan
sosial. Kemiskinan merupakan hal yang paling penting untuk dibahas karena
termasuk aspek sosial yang paling banyak terjadi. Kekuasaan merupakan
media untuk menyejahterakan rakyat, tetapi sekarang banyak penguasa yang
menyalahgunakan tujuan utama tersebut menjadi sarana untuk menindas
rakyat. Akibat dari kemiskinan dan perilaku otoriter penguasa dapat
menyebabkan kesenjangan sosial antara rakyat dan pemimpinnya.
4
Di dalam kumpulan Cerpen Protes terdapat aspek sosial yang
diinginkan, diciptakan, diharapkan, dan dianggap penting oleh masyarakat.
Aspek sosial tersebut berupa sosial politik dan sosial Ekonomi. Masalah yang
diungkapkan adalah masalah seputar kemiskinan, kekuasaan, korupsi, dan
tingkah laku penguasa. Kritik sosial terjadi karena ketidakmerataan ekonomi
dan politik di masyarakat.
Dalam menganalisis kumpulan cerpen Protes peneliti menggunakan
tinjauan sosiologi sastra. Sosiologi sastra adalah penelitian terhadap karya
sastra dengan mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya. Dengan
demikian, penelitian sosiologi sastra, baik dalam bentuk penelitian ilmiah
maupun aplikasi praktis, dilakukan dengan cara mendeskripsikan, memahami,
dan menjelaskan unsur-unsur karya sastra dalam kaitannya dengan perubahanperubahan
struktur sosial yang terjadi di sekitarnya (Ratna, 2003: 25).
Dalam kumpulan cerpen Protes banyak mengungkap struktur sosial
masyarakat yang disebabkan karena ketidakmerataan ekonomi dan politik..
Oleh karena itu, peneliti menganalisis cerpen menggunakan tinjauan sosiologi
sastra.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas peneliti akan mengkaji
kumpulan cerpen Protes karya Putu Wijaya karena banyak mengandung aspek
sosia l. Peneliti akan memfokuskan penelitian ini ke dalam masalah
kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan pembahasan
masalah dalam kumpulan cerpen tersebut banyak membahas masalah
kemiskinan. Dalam menganalisis menggunakan tinjauan sosiologi sastra.
5
Dengan demikian peneliti mengangkat judul ”Aspek Sosial Kumpulan Cerpen
Protes Karya Putu Wijaya: Tinjauan Sosiologi Sastra”.
B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan digarap melalui penelitian ini terumuskan di bawah
ini :
1. Bagaimanakah struktur cerita pendek dalam kumpulan cerpen Protes
karya Putu Wijaya?
2. Bagaimanakah aspek sosial yang terkandung dalam kumpulan cerpen
Protes karya Putu Wijaya dengan tinjauan sosiologi sastra?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. mendeskripsikan kajian struktur dalam kumpulan cerpen protes karya Putu
Wijaya.
2. memaparkan aspek sosial yang terkandung dalam kumpulan cerpen Protes
karya Putu Wijaya dengan tinjauan sosiologi sastra.
D. PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan masalah bertujuan agar permasalahan yang dibahas tidak
keluar dari jalur pembahasannya. Penelitian ini membahas enam cerpen dari
seratus cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen Protes karya Putu
Wijaya, yaitu “Teror”, “Kemiskinan”, “Rupiah’, “PHK”, “Marsinah”, dan
6
“Rampok”. Keenam cerpen tersebut akan dianalisis aspek sosialnya dengan
tinjauan sosiologi sastra. Alasan peneliti mengkaji keenam cerpen tersebut
adalah karena mengandung makna aspek sosial yang paling dominan, yaitu
kemiskinan.
E. MANFAAT PENELITIAN
Ada dua manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk mahasiswa
yang akan melakukan penelitian berikutnya.
b. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang
penelitian sastra yang mengangkat aspek sosial dalam masyarkat.
2. Manfaat praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar atau
rujukan dan pengembangan pada pemecahan masalah sosial
masyarakat.
b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada usaha
pemecahan masalah, antara lain tentang pemahaman aspek sosial
dalam masyarakat.
F. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Ima
Kurniawati tahun 2007, UMS, untuk skripsinya yang berjudul “Aspek sosial
7
keagamaan dalam novel Genesis karya Ratih Kumala: Tinjauan Se miotik” .
Dalam penelitiannya membahas tentang aspek sosial keagamaan dalam novel
Genesis, yang mengungkapkan masalah sosial keagamaan yang sering terjadi
di Indonesia dan hal tersebut dapat diketahui dalam realitas sosial masyarakat.
Masalah yang diungkapkan mengenai konflik Ambon dan sekitarnya yang
berimbas pada SARA (Suku, Agama,Ras, dan Antargolongan) dan konflik
sosial bersumber dari adanya distribusi kekuasaan yang tidak merata. Konflik
menjadi saluran akumulasi perasaan yang tersembunyi secara terus -menerus
yang mendorong seseorang untuk berperilaku melakukan sesuatu yang
berlawanan dengan orang lain. Novel Genesis merupakan cerminan realitas
masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk baik dari segi suku bangsa,
tradisi, bahasa, dan agama yang dianut masyarakatnya. Persamaan penelitian
ini adalah sama-sama membahas aspek sosial dalam masyarakat khususnya
masyarakat yang mengalami kesenjangan sosial karena ketidakmerataan
kekuasaan.
Penelitian lain adalah penelitian yang dilakukan Sutri, 2009, UMS dengan
judul “Dimensi Sosial dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata:
Tinjauan Sosiologi Sastra”. Hasil penelitian adalah makna dari dimensi sosial
dalam novel Laskar Pelangi adalah (a) kemiskinan yang berdampak pada
semua aspek kehidupan, salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan seharihari
sebagai kebutuhan pokok, (b) ketidakmampuan berpartisipasi dalam
masyarakat, pendidikan dan informasi, dan (c) problematika kemiskinan yang
8
menjerat masyarakat (sosial-masyarakat) kesenjangan sosial dan problematika
pendidikan.
Penelitian yang relevan berikutnya adalah penelitian dari Andri,
2008,UMS, “Aspek Sosial Jawa dalam Novel Mantra Penjinak Ular Karya
Kuntowijoyo: Tinjauan Semiotik”. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan struktur novel Mantra Pejinak Ular yang meliputi alur, latar,
penokohan dan tema serta mendeskripsikan makna aspek sosial budaya Jawa
yang terdapat dalam novel Mantra Pejinak Ular dengan menggunakan
tinjauan semiotik. Dari hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa makna
aspek sosial budaya yang terdapat dalam novel Mantra Pejinak Ular adalah
transisi tradisi dalam budaya Jawa, transformasi budaya menuju budaya
Islami, demitologisasi pemikiran bangsa, politisasi kesenian, demokrasi kontra
gaya kekuasaan Jawa, dan perilaku poltik rezim Orde Baru. Transisi tradisi
Jawa berkaitan dengan kecenderungan masyarakat Jawa yang
mengintegrasikan kepercayaan lama dengan ajaran Islam. Dalam tranformasi
budaya menuju budaya Islami diceritakan tentang kepercayaan terhadap
tradisi Jawa yang berlebihan harus diatasi dengan mengubah pola pikir lama
menuju pola pikir yang modern dan Islami. Dalam politisasi kesenian
diuraikan tentang penggunaan media kesenian untuk tujuan melegitimasi
kekuasaan yang otoriter. Dalam demitologisasi pemikiran bangsa diuraikan
mengenai bangsa Indonesia sudah saatnya meninggalkan pemikiran mitologis
dan pemikiran rasional dikedepankan untuk mengatasi masalah di masyarakat.
Dalam demokrasi kontra gaya kekuasaan Jawa diceritakan tentang konsep
9
kekuasaan Jawa yang cenderung bersifat otoriter yang identik dengan rezim
Orde Baru. Dalam perilaku politik Orde Baru diuraikan mengenai cara-cara
berpolitik yang biasa dilakukan pada masa rezim Orde Baru berkuasa.
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji aspek sosial.
Penelitian yang relevan berikutnya adalah penelitian dari Sri
Handayani, 2008, UMS dengan judul skripsinya “Kritik Sosial Dalam
Kumpulan Puisi Refrein di Sudut DAM Karya D Zawawi Imron: Tinjauan
Semiotik”. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur puisi dalam
kumpulan Puisi Refrein di Sudut DAM Karya D.Zawawi Imron dan
mendeskripsikan makna kritik sosial puisi dalam kumpulan puisi Refrein di
Sudut DAM . Penelitian ini membahas (1) kritik sosial terhadap lunturnya
budaya lokal terlihat dalam puisi “Di tengah tanda tangan Disney”, (2) Sejarah
terdapat dalam puisi ”Refrein di Sudut DAM”, (3) Kritik sosial dunia politik
terdapat dalam puisi ”Refrein Untuk Perang Saudara”, (4) Hukum terdapat
dalam puisi ’Di Museum Penyiksaan”, (5) kritik bidang ekonomi terdapat
dalam puisi ”Hamburger”, (6) Otoriter terlihat dalam puisi ” kisah seekor
anjing”, (7) Orang-orang serakah terlihat dalam puisi ”Hujan Malam”, (8)
Ekonomi dunia kerja terdapat dalam puisi ”Pengemis”, (9) Pemerintah
sentralistik terdapat dalam puisi ”Sepasang Sepatu”, (10). Dunia politik
penyalahgunaan media televisi terdapat dalam puisi ”Dari Berita Televisi’.
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji aspek sosial
dalam masyarakat.
10
Dari hasil penelitian yang terdahulu di atas dapat disimpulkan bahwa
penelitian tentang “Aspek Sosial dalam Kumpulan Cerpen Protes Karya Putu
Wijaya: Tinjauan Sosiologi Sastra” dapat dipertanggungjawabkan keasliannya
dan belum pernah diteliti sebelumnya.
G. LANDASAN TEORI
1. Cerpen dan Unsur-unsurnya
a. Cerpen
Menurut Satyagraha Hoerip (dalam Semi, 1988: 34) cerita
pendek adalah karakter yang dijabarkan lewat rentetan kejadian
daripada kejadian-kejadian itu sendiri satu persatu. Menurut Semi
(1988: 34) sebuah cerita pendek pada dasarnya menuntut adanya
perwatakan yang jelas pada tokoh cerita.
Ari (2006) menyatakan bahwa cerita pendek cenderung kurang
kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya
memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, latar
yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu
yang singkat. Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya
cenderung memuat unsur-unsur inti tertentu dari struktur dramatis,
yaitu eksposisi (pengantar latar, situasi dan tokoh utamanya),
komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik
dan tokoh utama); aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan
bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu langkah),
11
klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita
yang mengandung aksi terbanyak atau terpenting), penyelesaian
(bagian cerita di mana konflik dipecahkan), dan moralnya.
(http:id.Wikipedia.org, diakses tanggal 16 Februari 2010).
Ari (2006) menyatakan bahwa cerita pendek cenderung padat
dan langsung pada tujuannya. Cerita pendek yang sukses
mengandalkan teknik -teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, dan
bahasa secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang.
Ceritanya bisa dalam berbagai jenis. Cerita pendek berasal dari
anekdot sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat
tiba pada tujuannya. Cerpen bisa didefinisikan sebagai sebuah cerita
yang formatnya sangat singkat, dan berisi penggalan cerita tertentu.
Cerpen adalah karya fiksi. Maksudnya, cerita yang terkandung di
dalamnya bukan kisah nyata. (http:id.Wikipedia.org, diakses tanggal
16 Februari 2010).
b. Unsur Cerpen
Ciri-ciri intrinsik karya sastra yang menjadi dasar penentuan
adanya sebuah angkatan, be rupa ciri-ciri yang terdapat dalam karya
sastra secara konkret. Ciri-ciri intrinsik tersebut meliputi jenis
sastranya (genre), pikiran, perasaan, gaya bahasa, gaya pecintraan,
penokohan, latar, begitu juga sarana. Sarana sastranya (literary
devices) seperti pusat pengisahan, simbol, humor, pembayangan,
suspense, dan sebagainya (Pradopo, 2003: 4).
12
Ciri-ciri intrinsik karya sastra yang diuraikan meliputi dua
aspek, yaitu ciri struktur estetik dan ciri ekstra estetiknya. Ciri-ciri
struktur estetik meliputi alur, penokohan, teknik (latar), pusat
pengisahan, gaya bercerita, dan gaya bahasa. Ciri-ciri estetiknya
meliputi bahan-bahan karya sastra, seperti masalah, pemikiran,
filsafah, pandangan hidup, gambaran kehidupan, bahkan juga termasuk
bahasannya sendiri (Pradopo, 2003: 22).
Menurut Nurgiyantoro (2005: 23) ada enam unsur yang
membangun karya sastra, yaitu tema, alur, penokohan, latar, sudut
pandang, dan gaya bahasa. Keenam unsur intrinsik itu dapat diuraikan
sebagai berikut.
1) Tema
Tema adalah topik atau pokok pembicaraan dalam tujuan
yang akan dicapai oleh pengarang dengan topiknya tadi (Semi,
1988: 42). Menurut Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro,
2005: 67) tema (theme) adalah makna yang dikandung dalam
sebuah cerita. Menurut Hartoko & Rahmanto (dalam Nur giyantoro,
2005: 68) tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang
sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai
struktur semantis dan menyangkut persamaan-persamaan atau
perbedaan. Staton (dalam Nurgiyantoro, 2005: 70) menyatakan
tema sebagai makna sebuah cerita yang secara khusus
13
menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang
sederhana.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tema adalah
gagasan utama cerita yang menjadi kunci utama dalam pemahaman
awal sebuah cerita.
2) Penokohan
Abrams (dalam Nurgiyantoro 2005: 165) menyatakan tokoh
cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam
suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan
memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan.
Semi (1988: 37) menyatakan tokoh cerita mengemban
suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh
pengarang. Perwatakan (karakteristik) dapat diperoleh dengan
memberi gambaran mengenai tindak-tanduk, ucapan atau sejalan
tidaknya antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan.
Menurut Fananie (2002: 86) penokohan merupakan bagian
terpenting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut
tidak hanya berfungsi memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk
menyampaikan ide, ide, motif, plot, dan tema.
14
Menurut Nurgiyantoro (2005: 176-177) penokohan
dibedakan menjadi dua berdasarkan segi fungsi penampilan tokoh.
Diuraikan sebagai berikut.
(a) Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dan banyak
diceritakan.
(b) Tokoh tambahan adalah tokoh yang paling sedikit diceritakan
dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitan dengan tokoh
utama.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
penokohan adalah pelaku atau orang yang memainkan cerita yang
mempunyai watak tertentu.
3) Alur (plot)
Menurut Semi (1988: 43) alur atau plot adalah struktur
rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah
interrelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagianbagian
dalam keseluruhan fiksi.
Menurut Luxembrug (1992: 45) alur adalah konstruksi
yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa secara
logis dan kronologis saling berkaitan dan yang diakibatkan atau
dialami oleh para pelaku.
Menurut Nurgiyantoro (2005: 153) membedakan plot
berdasarkan urutan waktu, diuraikan sebagai berikut.
15
a) Plot lurus adalah rangkaian peristiwa yang dikisahkan secara
kronologis.
b) Plot sorot balik adalah rangkaian peristiwa bersifat regresif.
c) Plot campuran adalah rangkaian peristiwa yang dikisahkan
secara progresif dan regresif.
Menurut Tasrif (dalam Nurgiyantoro 2005: 117)
membedakan tahapan plot menjadi lima yang akan diuraikan
sebagai berikut.
(a) Tahap situation atau tahap penyituasian adalah tahap yang
berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh cerita.
(b) Tahap generating circumstances atau tahap pemunculan
konflik adalah tahap awal munculnya konflik dan akan
berkembang pada tahap berikutnya.
(c) Tahap rucing action atau tahap peningkatan konflik adalah
tahap dimana peristiwa semakin berkembang dan
menegangkan.
(d) Tahap climax atau tahap klimaks adalah tahap dimana konflik
yang berkembang mencapai titik puncak.
(e) Tahap denouement atau tahap penyelesian adalah tahap dimana
konflik yang mencapai klimaks diberi penyelesaian.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa alur adalah rangkaian kejadian peristiwa secara progresif,
regresif maupun campuran yang ditandai urutan bagian cerita.
16
4) Latar
Menurut Nurgiyantoro (2005: 227) unsur latar dapat dibedakan
menjadi tiga unsur pokok diuraikan sebagai berikut.
a) Latar tempat adalah lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi.
b) Latar waktu adalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi.
c) Latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi.
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005:216) menyatakan bahwa
latar atau latar disebut juga landas tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Menurut Nurgiyantoro (2005: 219) latar dalam karya fiksi tidak
terbatas pada penempatan pada lokasi-lokasi tertentu, atau sesuatu yang
bersifat fisik saja, melainkan juga yang berwujud tata cara, adat istiadat,
kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan.
Menurut. Semi (1988: 46) latar atau landas tumpu (latar) cerita adalah
lingkungan tempat peristiwa terjadi.
Latar dimaksudkan untuk mengidentifikasi situasi yang
tergambar dalam cerita, tidak hanya menyatakan dimana, kapan, dan
bagaimana situasi itu berlangsung melainkan berkaitan dengan
17
gambaran tradisi, karakter, perilaku sosial, dan pandangan masyarakat
pada waktu cerita ditulis (fananie, 2002: 98).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar adalah
situasi yang digambarkan dalam cerita, meliputi situasi dimana, kapan,
dan bagaimana situasi terjadi, dan juga nilai yang terkandung di
dalamnya.
5) Sudut Pandang
Sudut pandang adalah siapa yang menceritakan atau dari posisi
mana tindakan it u dilihat (Nurgiyantoro, 2005: 246). Menurut Abrams
(dalam Nurgiyantoro, 2005: 248) sudut pandang adalah pandangan
yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh,
tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita. Menurut
Stevick (dalam Nurgiyantoro, 2005: 248) sudut pandang sama artinya
dengan pusat pengisahan atau focus of narration.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sudut
pandang adalah pandangan di mana tindakan atau cerita itu dilihat.
6) Gaya Bahasa
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 276) gaya bahasa
atau style adalah bagaimana seorang pengarang mengungkapkan
sesuatu yang akan dikemukakan. Menurut Nurgiyantoro (2005: 276)
gaya bahasa adalah teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa
dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan.
18
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya
bahasa adalah pengungkapan kebahasaan yang mewakili sesuatu yang
akan diungkapkan pengarang.
Dari data mengenai unsur pembangun karya sastra,maka peneliti
akan menganalisis kumpulan cerpen Protes karya Putu Wijaya:
Tinjauan Sosiologi Sastra dengan memfokuskan pada lima unsur, yaitu
tema, penokohan, alur, latar, dan sudut pandang.
2. Pendekatan Strukturalisme
Pendekatan struturalisme dinamakan juga pendekatan obje ktif,
yaitu pendekatan dalam penelitian sastra yang memutuskan perhatiannya
pada otonomi sastra sebagai karya fiksi. Artinya, menyerahkan pemberian
makna karya sastra tersebut terhadap eksistensi karya sastra itu sendiri
tanpa mengaitkan unsur yang ada di luar struktur signifikansinya
(Pradopo, 2001: 62).
Faruk (dalam Pradopo 2001: 62) menyatakan bahwa dalam
pengembangan selanjutnya aliran strukturalisme ini dirasakan oleh
pengikutnya kurang valid di dalam pemberian makna karya sastra. Karya
sastra dapat dianggap lepas dari konteks sosialnya. Padahal, pada
hakikatnya tidak demikian, melainkan selalu berkaitan dengan masyarakat
dan sejarah yang melingkupi penciptaan karya sastra. Oleh karena itu,
struturalisme otonom ini banyak mendapat kritikan dan sorotan tajam
terutama dari kaum yang menganut aliran strukturalisme genetik.
19
Berdasarkan hal-hal di atas, maka pengajian struktural
kumpulan cerpen Protes karya Putu Wijaya akan difokuskan pada tema,
alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa.
3. Pendekatan Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi
berasal dari akar kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama-sama,
bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan,
perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna,
logi/logos berarti ilmu. Jadi, sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan
pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari
keseluruhan jaringan hubunga n antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya
umum, rasional, dan empiris (Ratna, 2003: 1).
Ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu
dipertimbangkan, dalam rangka menemukan objektivitas hubungan antara
karya sastra dengan masyarakat, antara lain seperti berikut.
a. Pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspekaspek
kemasyarakatannya.
b. Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek
kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya.
c. Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan
masyarakat yang melatarbela kanginya.
d. Analisis terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan seberapa
jauh peranannya dalam mengubah struktur kemasyarakatan.
20
e. Analisis yang berkaitan dengan manfaat karya dalam membantu
perkembangan masyarakat.
f. Analisis mengenai seberapa jauh kaitan la ngsung antara unsur -unsur
masyarakat.
g. Analisis mengenai seberapa jauh keterlibatan langsung pengarang
sebagai anggota masyarakat.
h. Sosiologi sastra adalah analisis institusi sastra.
i. Sosiologi sastra adalah kaitan langsung antara karya sastra dengan
masyarakat.
j. Sosiologi sastra adalah hubungan searah (positivistik) antara sastra
dengan masyarakat.
k. Sosiologi sastra adalah hubungan dwiarah (dialektik) antara sastra
dengan masyarakat.
l. Sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas interdepensi antara
sastra dan masyarakat.
m. Pemahaman yang berkaitan dengan aktivitaskreatif sebagai sematamata
proses sosiokultural.
n. Pemahaman yang berkaitan dengan aspek-aspek penerbitan dan
pemasaran karya.
o. Analisis yang berkaitan dengan sikap-sikap masyarakay pembaca.
Diantara 15 definisi di atas, definisi nomor a, b, c, k, dan m
dianggap mewakili keseimbangan kedua komponen, yaitu sastra dan
masyarakat (Ratna, 2003: 2-3).
21
Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia
dalam masyrakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealama n adalah gejalagejala
alam. Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
manghasilkan kebudayaan. Perbedaannya, apabila sosiolog melukiskan
kehidupan manusia dan masyarakat melalui analisis ilmiah dan objektif,
sastrawan mengungkapkannya melalui emosi, secara subjektif dan
evaluatif. Sastra juga memanfaatkan pikiran, intelektualitas, tetapi tetap
didominasi oleh emosionalitas (Ratna,2003:4).
Tujuan sosiologi sastra adalah meningkatkan pemahaman terhadap
sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, menjelaskan bahwa rekaan
tidak berlawanan dengan kenyataan. Karya sastra jelas dikonstruksikan
secara imajinatif, tetapi kerangka imajinatifnya tidak bisa dipahami di luar
kerangka empirisnya. Karya sastra bukan semata -mata gejala individual,
tetapi juga gejala sosial (Ratna, 2004: 11).
Sosiologi sastra adalah penelitian terhadap karya sastra dengan
mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya. Dengan demikian,
penelitian sosiologi sastra, baik dalam bentuk penelitian ilmiah maupun
aplikasi praktis, dilakukan dengan cara mendeskripsikan, memahami, dan
menjelaskan unsur -unsur karya sastra dalam kaitannya dengan perubahanperubahan
struktur sosial yang terjadi di sekitarnya (Ratna, 2003: 25).
Swingewood (dalam Faruk, 1999: 1) mendefinisikan sosiologi
sebagai studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam
masyarakat, studi mengenai lembaga -lembaga dan proses-proses sosial.
22
Menurut Ritzer (dalam Faruk, 1999: 2) sosiologi sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang multi paradigm. Maks udnya di dalam ilmu tersebut
dijumpai beberapa paradigma yang saling bersaing satu sama lain dalam
usaha merebut hegemoni dalam lapangan sosiologi secara keseluruhan.
Wolf (dalam Faruk,1999:3) mengatakan bahwa sosiologi kesenian dan
kesusastraan merupakan suatu disiplin yang tanpa bentuk, tidak
didefinisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dan
berbagai percobaan pada teori yang agak lebih general, yang masingmasingnya
hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanya
berurusan dengan hubungan antara seni atau kesusasastraan dengan
masyarakat.
Menurut Ian Watt (dalam Faruk, 1999: 4) ada tiga macam
pendekatan yang berbeda. Pertama, konteks sosial pengarang. Hal ini
berhubungan dengan posisi sosial sastrawan dalam masyarakat dan
kaitannya dengan masyarakat pembaca. Dalam pokok ini termasuk pula
fakto-faktor sosial yang bisa mempengar uhi pengarang sebagai perorangan
di samping mempengaruhi isi karya sastranya. Pendekatan ini yang harus
diteliti adalah (a) bagaimana pengarang mendapatkan mata pencaharianny,
(b) sejauh mana pengarang menganggap pekerjaannya sebagai suatu
profesi, dan (c) masyarakat apa yang dituju pengarang. Kedua, sastra
sebagai cermin masyarakat. Yang paling utama mendapat perhatian adalah
(a) sejauh mana sastra mencerminkan masyarakat pada waktu karya sastra
ditulis, (b) sejauh mana sifat pribadi pengarang mempengaruhi gambaran
23
gambaran masyarakat yang ingin disampaikannya, (c) sejauh mana genre
sastra yang digunakan pengarang dapat dianggap mewakili seluruh
masyarakat. Ketiga, fungsi sosial sastra. Dalam hubungan ini ada tiga hal
yang menjadi perhatian: (a) sejauh mana sastra dapat berfungsi sebagai
perombak masyarakatnya, (b) sejauh mana sastra hanya berfungsi sebagai
penghibur saja, dan (c) sejauh mana terjadi sintesis antara kemungkinan
(a) dengan (b) diatas.
Sosiologi sastra merupakan suatu ilmu interdisipliner (lintasdisiplin),
antara sosiologi dan ilmu sastra. Pada mulanya baik dalam
konteks sosiologi maupun ilmu sastra, sosiologi sastra merupakan suatu
disiplin ilmu yang agak terabaikan. Ada kemungkinan penyebabnya
karena objek penelitiannya yang diangap unik dan eksklusif. Di samping
itu, secara historis memang sosiologi sastra merupakan disiplin ilmu yang
relatif baru berbeda dengan sosiologi pendidikan yang sudah dikenal lebih
dulu. Beranjak dari etimologi sosiologi adalah berasal dari kata sosio atau
society yang bermakna masyarakat dan logi atau logos yang artinya ilmu.
Jadi, sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat atau ilmu tentang
kehidupan masyarakat (Saraswati, 2003: 1 - 2).
Teori sosiologi sastra tidak semata -mata digunakan untuk
menjelaskan kenyataan sosial yang dipindahkan atau disalin pengarang ke
dalam sebuah karya sastra. Teori ini juga digubahkan untuk menganalisis
hubungan wilayah budaya pengarang dengan karyannya, hubungan karya
sastra dengan suatu kelompok sosial, hubungan antara selera massa dan
24
kualitas suatu cipta sastra serta hubungan antara gejala sosial yang timbul
di sekitar pengarang dengan karyannya (Aminuddin, 1990: 109).
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi
sastra adalah pemahaman karya sastra dilihat dari struktur sosialnya dan
gejala sosial yang timbul.
Berkaitan dengan hal itu penelitian ini menggunakan teori
sosiologi sastra yang dikemukakan oleh Ratna.
4. Aspek Sosial
Menurut Bussman (dalam Djajasudarma, 1999: 24) aspek
(aspectus) adalah pandangan cara melakukan sesuatu. Menurut
Djajasudarma (1999: 26) aspek adalah cara memandang struktur temporal
intern suatu situasi yang dapat berupa keadaan, peristiwa, dan proses.
Keadaan bersifat statis, sedangkan peristiwa bersifat dinamis. Peristiwa
dikatakan dinamis jika dipandang sedang berlangsung (imperaktif). Sosial
artinya kebersamaan yang melekat pada individu (Soelaeman, 2008: 123).
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek sosial
adalah cara pandang suatu situasi, keadaan, dan peristiwa kebersamann
dalam masyarakat.
Menurut Soelaeman, 2008: 173) aspek sosial dibedakan menjadi
beberapa bagian yang diuraiakan sebagai berikut.
a. Budaya yaitu nilai, simbol, norma, dan pandangan hidup
umumnya dimiliki bersama oleh anggota suatu masyarakat.
25
b. Pedesaan dan perkotaan yaitu suatu persekutuan hidup
permanen pada suatu tempat sifat yang khas.
c. Ekonomi, meliputi kemiskinan adalah kurangnya pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan
berada di garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Adapun aspek sosial dalam penelitian ini akan difokuskan pada
aspek ekonomi masalah kemiskinan. Alasan peneliti memilih masalah
kemiskinan karena dalam kumpulan cerpen Protes karya Putu Wijaya
mengandung aspek sosial kemiskinan yang paling dominan.
Menurut Gunawan dan Sugiyanto (2008) kemiskinan adalah
sebuah fenomena multifaset, multidimensional, dan terpadu. Hidup
miskin bukan hanya be rarti hidup di dalam kondisi kekurangan sandang,
pangan, dan papan. Hidup dalam kemiskinan seringkali juga berarti akses
yang rendah terhadap berbagai ragam sumberdaya dan aset produktif yang
sangat diperlukan untuk dapat memperoleh sarana pemenuhan kebutuhankebutuhan
hidup yang paling dasar tersebut, antara lain informasi, ilmu
pengetahuan, dan teknologi. Lebih dari itu, hidup dalam kemiskinan sering
kali juga berarti hidup dalam alienasi, akses yang rendah terhadap
kekuasaan, dan oleh karena itu pilihan-pilihan hidup yang sempit dan
pengap. Masalah sosial ini muncul akibat perbedaan kesenjangan seperti
kemiskinan sehingga masyarakat mengubah perilakunya menjadi
26
kekerasan, perampokan, mempekerjakan anak usia sekolah untuk bekerja,
pelecehan seksual, dan homo seksual. (http://id.wikipedia.org/
wiki/Kemiskinan diakses tanggal 11 Maret 2010).
Kemiskinan adalah kurangnya pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di garis kemiskinan
apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Pengaruh pendapatan terhadap kemiskinan meliputi tiga hal, yaitu (1)
persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok diperlukan, (2) posisi
manusia di lingkungan sekitar, (3) kebutuhan objekt if manusia untuk bisa
hidup secara manusiawi. Kemiskinan menurut orang lapangan dapat
dikategorikan menjadi tiga unsur (1) kemiskinan yang disebabkan karena
badaniah, (2) kemiskinan karena bencana alam,(3) kemiskinan karena
buatan (Soelaeman, 2008: 228).
Menurut Enslikopedi bebas (2008) penyebab kemiskinan adalah
(a) penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai
akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin, (b) penyebab
keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga,
(c) penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan
dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan
sekitar, (d) penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
aksi orang lain, te rmasuk perang, pemerintah, dan ekonomi, (e) penyebab
27
struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil
dari struktur sosial. Berdasarkan teori tentang penyebab kemiskinan
berikut adalah hasil analisisnya. (http://id.wikipedia. org/wiki /kemiskinan,
diakses Jumat, 30 Agustus 2010).
Berkaitan dengan teori di atas penelitian ini menggunakan teori
aspek sosial masalah kemiskinan yang dikemukakan Enslikopedi bebas
yang diuji kebenarnya dengan pendapat Soelaeman karena kedua teori
tersebut saling berkaitan untuk menganalisis aspek sosial kumpulan
cerpen Protes karya Putu Wijaya.
H. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Strategi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.
Penelitian kualitatif adalah metode yang memberikan perhatian terhadap
data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya
(Ratna, 2003: 47). Dalam mengkaji kumpulan cerpen Protes peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yaitu menganalisis
bentuk deskripsi, tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan antar
variabel.
Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
strategi embedded and case study research (studi kasus terperancang) .
28
Menurut Yin (dalam Sutopo,2006: 39) embedded research (penelitian
terperancang) adalah penelitian kua litatif yang sudah menentukkan unsur
penelitiannya berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan
tujuan dan minat penelitinya sebelum masuk lapangan. Dalam penelitian
ini embedded research adalah menentukan aspek sosia l dalam kumpulan
cerpen Protes.
Studi kasus terperancang (embedded and case study research)
adalah penelitian yang studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian
secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi dalam suatu konteks,
tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan
studinya (Sutopo, 2006: 137). Penelitian ini menggunakan studi kasus
tunggal artinya penelitian ini hanya dilakukan pada satu sasaran (satu
lokasi atau objek) (Sutopo, 2006: 140). Studi kasus penelitian ini adala h
satu buku kumpulan cerpen Protes karya Putu Wijaya.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah aspek sosial dalam
kumpulan cerpen Protes karya Putu Wijaya.
3. Data dan Sumber Data
a. Data
Data adalah sesuatu yang berkaitan dengan kualitas lebih
menekankan pada makna (Sutopo, 2006 : 55). Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kata -kata, frase dan kalimat yang
29
berhubungan dengan aspek sosial dan unsur-unsur pembangun cerpen
dalam kumpulan cerpen Protes karya Putu Wijaya .
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh (Arikunto, 2006: 129). Sumber data adalah sumber
mana yang paling diperlukan untuk menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan dengan baik. Sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dokumen atau arsip. Dokumen atau arsip adalah bahan
tertulis yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu
(Sutopo, 2006: 61). Sumber data dalam penelitian dibagi menjadi dua
sebagai berikut.
2) Sumber data primer adalah sumber data yang langsung dan segera
diperoleh dari sumber oleh penyidik untuk tujuan penelitian
(Surachmad, 1990: 163). Sumber data primer dalam penelitian ini
adalah buku kumpulan cerpen Protes karya Putu Wijaya.
3) Sumber data sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan
dan dilaporkan oleh orang dari penyidik itu sendiri walaupun yang
dikumpulkan itu adalah sebenarnya adalah data asli (Surachmad,
1990 :163). Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah
skripsi, website dan buku lain yang relevan de ngan penelitian ini.
30
4. Teknik Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah sample, yang
dipilih dari suatu populasi sehingga dapat digunakan untuk mengadakan
generalisasi. Jadi, sample benar-benar mewakili ciri-ciri suatu populasi
(Moleong, 2007 : 224). Teknk sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sample atau sample bertujuan. Adapun
cerpen yang digunakan dalam penelitian ini adalah cerpen “Teror”,
“Kemiskinan”, “Rupiah’, “PHK”, “Marsinah”, dan “Rampok”. Keenam
cerpen tersebut akan dianalisis aspek sosial dengan tinjauan sosiologi
sastra. Alasan peneliti mengkaji keenam cerpen tersebut adalah karena
mengandung makna aspek sosial yang paling dominan, yaitu masalah
kemiskinan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik pustaka, simak, dan catat. Subroto (dalam
Imron, 2003: 335) mengungkapkan bahwa teknik catat adalah suatu
teknik yang menempatkan peneliti sebagai instrument kunci dengan
melakukan penyimakan secara terarah dan teliti terhadap sumber
primer. Pengumpulan datanya bersifat noninteraktif. Teknik yang
bersifat noninteraktif yaitu teknik yang tidak mempunyai pengaruh
antara peneliti dengan sum ber datanya karena sumber datanya berupa
benda yang sama sekali tidak mengetahui bila sedang diamati (Sutopo,
31
2006: 66). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa
mencatat dokumen atau arsip (content analysis) buku kumpulan cerpen
Protes karya Putu Wijaya.
6. Validitas Data
Menurut Sutopo (2006 : 92) validitas data merupakan jaminan
bagi kemantapan simpulan dan tafsiran makna sebagai hasl
penelitian.terdapat beberapa cara yang biasanya dipilih untuk
mengembangkan validitas (kesahihan) data penelitia n. Penelitian ini
menggunakan teknik validitas data triangulasi. Triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap hal tersebut (Moleong, 2007: 178). Menurut Patton (dalam
Sutopo, 2006: 92) triangulasi ada empat macam.
a. Triangulasi sumber yaitu pemeriksaan sumber yang memanfaatkan
jenis sumber data yang berbeda -beda untuk menggali data yang
sejenis.
b. Triangulasi metode yaitu pemeriksaan yang menekankan
penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan
jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama
untuk menguji kemantapan informasinya.
32
c. Triangulasi peneliti yaitu hasil penelitian baik data atau simpulan
mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji
validitasnya dari beberapa peneliti yang lain.
d. Triangulasi teori yaitu pemeriksaan data dengan menggunakan
perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang
dikaji.
Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber karena peneliti
dalam meneliti kumpulan cerpen Protes mengunakan bermacammacam
sumber atau dokumen untuk menguji data yang sejenis tentang
“Aspek Sosial Kumpulan Cerpen Protes Karya Putu Wijaya: Tinjauan
Sosiologi Sastra”.
7. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan berbagai teknik analisis data yaitu,
sebagai berikut.
1. Teknik analisis data dengan model berpikir induktif karena
menekankan pada penyusunan teori sebelum penelitian dilakukan.
Model berpikir induktif adalah data yang dikumpulkan bukan
dimaksudkan untuk mendukung atau menolak hipotesis yang telah
disusun sebelum penelitian dimulai, melainkan abstraksi disusun
bersama lewat proses pengumpulan data yang dila ksanakan secara
teliti (Sutopo, 2008: 41). Penelitian ini menggunakan berbagai teori
untuk menjawab rumusan masalah yang akan dibahas.
33
2. Teknik analisis data kedua denga n metode pembacaan heuiristik dan
hermenestik . Menurut Smith (dalam Sutopo, 2006: 28) hermeneutik dan
heuristik adalah interpretasi atas interpretasi yang telah dilakukan oleh
pribadi atau kelompok manusia. Pembacaan heuristik dan hermeneustik
dalam penelitian ini peneliti membaca keseluruhan cerpen, kemudian
memilih cerpen yang mempunyai aspek sosial masalah kemiskinan
yang paling dominan. Kemudian peneliti berusaha menemukan makna
aspek sosial yang terdapat dalam kumpulan cerpen Protes karya Putu.
Secara umum teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan
metode pembacaan heuristik dan hermeneutik. Tetapi, secara khusus
berkaitan dengan pendekatan sosiologi sastra, penelitian ini
menggunakan metode dialektika. Goldmann (dalam Faruk, 1995: 20)
mengemukakan bahwa metode analisis data secara dialektik merupakan
metode yang menggabungkan unsur-unsur instrinsik menjadi
keseluruhan atau kesatuan makna yang akan dicapai de ngan beberapa
langkah yaitu menganalisis dan mengidentifikasi unsur-unsur instrinsik
yang ada dalam cerpen.
3. Setelah membaca kumpulan cerpen Protes akhirnya diperoleh enam
dari seratus cerpen yang mempunyai makna aspek sosial masalah
kemiskinan yang paling dominan dan memperoleh data berupa unsurunsur
pembangun cerpen selanjutnya peneliti menganalisis data-data
34
tersebut dengan menggunakan tinjauan sosiologi sastra untuk melihat
aspek sosial dalam cerpen “Teror”, “Kemiskinan”, “Rupiah’, “PHK”,
“Marsinah”, dan “Rampok”.
I. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan dalam penelitian sangatlah penting karena
bertujuan menjelaskan langkah penelitian yang akan dibahas. Sistematika
penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian yang
relevan, landasan teori, dan metode penelitian.
Bab II berisi biografi pengarang.
Bab III berisi pembahasa mengenai struktur pembangun cerpen cerpen .
Bab IV berisi pembahasan mengenai aspek sosial dalam kumpulan cerpen
Protes karya Putu Wijaya.
Bab V bersi simpulan dan saran
Daftar Pustaka
Lampiran